Title : My Secret Twin/Part 2
Genre : Family, Family, Rommance
Rating : T
Length : Chaptered
Cast : Kim Ji Woon (OC)
Kim Jong Woon
Kim Jong Jin
All Super Junior member
*misterius namja*
~~~
Ji Woon POV
Aku memandang kagum pada taman di
belakang rumah sakit ini. Aku menghirup udara dalam-dalam, berusaha mengisi
setiap inchi rongga dalam paru-paruku. Sudah berapa lama aku tak merasakan ini
semua. Aku masih agak sulit percaya bahwa aku tidur selam 8 tahun. Tapi melihat
keadaan lingkunganku sekarang,
aku baru percaya. Semuanya telah berubah.
Jongjin tengah duduk di bangku sampingku. Aku memandang tiap inchi tubuhnya.
Dia sungguh berbeda dengan Jong Jin yang kukenal. Dia jauh lebih tinggi. Dia kini
sudah besar. Dia semakin tampan dan semakin mirip dengan Jong Woon. Jong Woon?
Ah anak itu juga berbeda jauh. Kemarin saat aku bangun, aku sedikit kaget. Dia
benar-benar tampan sekarang. Pakaiannya juga bagus. Dia seperti model saja.
Rambutnya juga di cat kemerahan. Dia juga sangat tinggi. Aku tetap kalah tinggi
dengannya. Ah Jong Woon ah, apakah kau senang aku kembali? Aku yakin sekarang
kau senang, karena aku pun demikian.
“Noona, kenapa tersenyum seperti itu
melihatku? Apa ada yang aneh dengan pakaianku?” Jong Jin terlihat bingung. Aku
tertawa kecil.
“Yaa, wajahmu lucu sekali. Anio, aku
hanya senang melihatmu di sini. Ah aku begitu merindukan Jong Woon, tapi dia
kenapa begitu cepat meningalkanku tadi. Huh, bahkan dia tak menemaniku terapi
tadi. Aku ingin cepat berjalan. Jong Jin ah, bantu aku berjalan ne,” aku
merajuk pada dongsaengku. Dia geleng-gelang lalu beranjak dari tempatnya duduk
dan membantuku berdiri dari kursi rodaku. Ah, ototku benar-benar kaku. Aku
kesulitan menggerakkan tubuhku terlebih kakiku. Jong Jin dengan sabar memapahku
dan membantuku menapak pelan. Gomawo saengie.
------------
“Apa kau bosan?” aku menoleh pada suara
yang mulai familiar di telingaku. Kudapati seorang namja dengan baju putih dan
stetoskop yang tergantung di sakunya. Aku tersenyum.
“Seung Jo oppa. Ne, aku sangat bosan.
Jong Jin bilang bahwa dia sedang bekerja, Jong Woon juga bekerja, eomma dan
appa sedang mengurus bisnisnya. Ish, sudah berapa banyak hal yang kulewatkan
hingga aku tak tahu kalau keluargaku kini mempunyai bisnis. Ya oppa, apakah kau
sibuk?” Seung Jo oppa, dokter yang menanganiku tertawa kecil karena rajukanku.
Aish, apa ada yang lucu.
0o0
Seung Jo POV
Aku tertawa kecil saat dia merajuk. Aku
sungguh gemas melihat wajahnya. Ya wajahnya, wajah yang selama 8 tahun ini
kurawat. Dia mempoutkan bibirnya. Aku semakin geli melihatnya.
“Aku agak sibuk. Aku kesini untuk
mengecek keadaanmu. Apakah kau merasa tidak nyaman? Coba kau berbaring,” dia
mendengus kesal tapi tak membantahku. Aku mengecek keadaannya. Aku tersenyum
puas. Semakin hari kondisi tubuhnya semakin baik. Hatiku semakin lega.
“Kau semakin sehat. Jangan lupa untuk
minum obat jika kau ingin segera keluar dari rumah sakit ini. Aku yakin waktu 8
tahun sudah cukup membuatmu bosan dengan suasana ini,” aku mengacak rambutnya
pelan. Dia melotot padaku. Aku kembali tertawa. Kurogoh saku kemejaku dan
mengeluarkan sebuah PSP.
“Ini untukmu. Aku yakin kau sangat bosan.
Ini bisa menemanimu saat kau sendirian,” mendadak saja matanya berbinar. Tapi
sedetik kemudian matanya kembali sayu.
“Oppa, pabo. Aku tak bisa memainkannya. Aku saja masih belajar menggunakan
ponsel yang aneh itu. Ponsel sekarang sangat aneh. Hanya disentuh sudah
bermunculan menu aneh. Tapi sepertinya ini asik oppa,” dia memandangku penuh
ingin tahu. Aku mati-matian menahan tawaku. Melihat matanya yang memandangku
polos seakan mengusir rasa geliku.
“Arrayo.
Aku akan mengajarimu sebelum aku mengecek pasien lainnya,” aku bergegas duduk
di samping tempat tidurnya. Dengan sabar aku mengajarinya. Dia cukup cepat
menangkap yang kuajarkan. Dia begitu antusias memainkan benda kotak kecil itu
hingga mengacuhkanku yang mengucapkan selamat beristirahat untuknya.
------------
‘Sreek Sreek’
Aku terus membolak-balikkan lembaran
kertas di hadapanku. Aku sedang memeriksa catatan medis milik Ji Woon. Sungguh
ini sebuah keajaiban. Perkembangannya terus naik. Dia semakin membaik. Ku
letakkan lembaran kertas itu di meja kerjaku. Kulonggarkan kerahku. Perasaan
apa ini. Aku sangat senang karena akhirnya Ji Woon bisa kembali menikmati
indahnya dunia ini. Tapi kenapa ada perasaan sedih yang menyangkut di hatiku.
Aku merasa sangat keberatan jika dia harus keluar dari rumah sakit ini. Apa
karena aku merawatnya selama 8 tahun ini? Apa karena aku sudah terbiasa
melihatnya setiap hari? Apa karena dia pasienku yang spesial? Argghh. Aku
beranjak ke kamar mandi. Ku cuci mukaku agar merasa lebih tenang.
0o0
Jong Jin POV
“Jong
Jin ah, jangan bilang appa, eomma, dan Jong Woon ya. Noona hari ini ambruk
lagi. Kau kesinilah, aku sangat takut”
Mataku
melotot membaca sms dari noonaku. Omo, apa yang terjadi padanya. Apakah dia
baik-baik saja? Kusambar mantelku. Kutinggalkan racikan kopi yang belum selesai
kubuat.
“Ya
Jong Jin ah, kau mau kemana?” tak kuhiraukan panggilan Hye Mi noona. Aku memacu motorku menuju rumah sakit yang
selama ini rutin kudatangi. Tanganku gemetar. Aku benar-benar cemas.
Kuparkir
motorku dengan tergesa, tak mempedulikan teriakan tukang parkir rumah sakit.
Aku terus berlari menyusuri lorong dengan satu tujuan, kamar 22.
“Noona
!” teriakku saat aku membuka pintu kamarnya. Aku melongo melihat apa yang ada
di depanku. Noonaku tengah berkutat benda kotak hitam yang akhirnya kusadari
bahwa itu adalah PSP. Dia terlihat sangat serius.
“Yak
noona, apakah kau baik-baik saja?” Omo lihatlah mimik wajahnya. Dia sama sekali
tak menolehku. Dia tetap asik dengan PSPnya. Tunggu, PSP?
“
Noona, kau dapat PSP darimana?” kali ini aku juga menggoyangkan badannya.
“Yak
kau menggangguku !!” aku kaget. Dia ini kenapa sih. “Aish kalah.”
Dia
melotot kesal kepadaku. Aku hanya menggaruk kepalaku bingung. Tunggu , dia
belum menjawab.
“Noona,
kau dapat PSP itu darimana? Apakah kau mencurinya? Katakan noona. Aku tak
memberimu, Jong Woon hyung juga tak memberikannya untukmu. Jadi siapa?”
wajahnya berubah cerah. Aku heran, begitu lenturkah otot-otot wajah noonaku
hingga dia bisa merubah ekspresi secepat itu.
“Dari
Seung Jo oppa,” bibirnya tertarik membentuk lengkungan yang manis. Yeppeo.
“Mwo? Seung Jo hyung? Bagaimana bisa? Aish kau
sungguh merepotkan,” aku merebut PSPnya dan kusimpan di meja. “Istirahatlah,
bukankah noona bilang tadi noona ambruk lagi. Kalau noona tetap main PSP, noona
akan ambruk lagi. Tenang noona, aku akan
di samping noona. Aku tak akan membiarkan noona merasa kesepian.”
Tiba-tiba
dia tertawa keras. Aku semakin bingung.
“Hahahahaha.
Pabo. Aku bohong padamu. Mana mungkin
aku ambruk lagi kalau ada Seung Jo oppa yang selalu merawatku. Aku hanya merasa sangat bosan di sini. Kalian
meninggalkanku sendirian di tempat yang memuakkan ini. Jangan salahkan aku jika
menyeretmu kesini dengan cara seperti itu. Untung saja Seung Jo oppa mengerti
aku bosan, dan dia memberiku mainan itu. Aku bosan di sini Jong Jin ah. Aku
ingin keluar. Aku ingin keliling Seoul,”dia meraih lenganku dan menatapku
manja. Aish, sebenarnya siapa dongsaengnya siapa?
“Andwe
noona. Noona masih butuh perawatan. Noona tidak boleh keluar rumah sakit dulu.
Nanti kalau noona sudah keluar dari rumah sakit ini, aku akan mengajak noona
keliling Seoul. Aku janji,” aku menyodorkan kelingkingku, berusaha membujuknya.
“Aish,
ya sudahlah. Yaksok?” buru-buru aku
ikut menautkan jariku. “Tapi sekarang bawa aku keluar dari kamar ini. Kamar ini
sungguh pengap. Ayo kita berlatih lagi di taman.”
“Baiklah,
kajja noona,” aku membantunya turun dari ranjangnya dan menuntunnya ke kursi
roda.
0o0
Ji
Woon POV
Jong
Jin pamit pulang karena ada urusan mendadak. Dan sekarang aku sendirian lagi.
Aku sangat bosan. Jong Woon bilang dia sangat sibuk, tapi dia berjanji akan
kesini nanti malam. Eomma juga akan kesini satu jam lagi. Ah, aku bosan. Aku
sungguh muak kembali ke kamar yang berbau obat. Sebuah ide terlintas di
pikiranku. Kuputuskan untuk pergi ke ruangan Seung Jo oppa, berharap dia bisa
menemaniku. Tapi ternyata harapanku pupus saat kulihat Seung Jo oppa tengah
berlari di sisi pasien yang penuh darah. Ish, aku ngeri melihat darah yang
keluar dari tubuh orang itu. Dengan sebal aku mengarahkan kursi rodaku ke
taman. Cuaca sedikit redup. Udara
sedikit dingin, tapi aku sama sekali tak acuh. Entah kenapa aku jadi teringat
saat aku masih bersama sahabatku di Ceonahn dulu. Bagaimana kabar mereka
sekarang? Aku sangat merindukan mereka.
‘Sreeekk’
Aku
tersentak saat mendapati sebuah jaket tersampir menyelimuti tubuhku.
“Tidak
baik orang sakit duduk di sini saat cuaca tak bersahabat seperi ini. Kajja ku
antar ke kamarmu. Kamu dirawat di kamar berapa?” aku melongo melihat seorang
namja yang kini mendorong kursi rodaku meninggalkan taman.
“Jamkamman ! Yak, kau mau membawaku
kemana? Berhenti ! Kau mau menculikku hah?” dia mengerling bingung. Dia memang
tak memperlihatkan watak jahat sama sekali, tapi tetap saja aku harus waspada.
Aku sudah menunggu 8 tahun untuk kembali, aku tak ingin tidur untuk selamanya
lagi, a.k.a dibunuh namja aneh ini.
“Ish,
aku hanya ingin membawamu masuk ke kamarmu saja. Kau bisa kedinginan di luar.
Cepat dimana kamarmu? Aku sedang terburu-buru. Atau kau mau aku tinggal di sini
saja?” dia berhenti tepat di samping kamarku.
“Gurae,
pergi sana. Aku tak butuh bantuanmu,” aku melengos.
“Aish,
jinjja. Gureom, aku pergi,” dia tidak
bercanda. Dia benar-benar pergi meninggalkanku. Aku mendengus kesal. Tunggu,
jaketnya?
“Yak
!” namja tadi sudah hilang. Ah ya sudahlah, kalau dia merasa kehilangan, pasti
dia akan kembali.
0o0
Yesung
POV
Ah,
pagi ini rasanya segar sekali. Tak dapat kubohongi tubuhku seperti remuk karena
jadwal yang menggila. Tapi bila aku mengingat bahwa hari ini Ji Woon akan
keluar dari rumah sakit membuatku sangat senang. Aku meloncat dari tempat
tidurku saat kudengar di luar ada suara Jung Hoon hyung, manajer kami.
“Hyung
! Apakah aku ada waktu luang hari ini?” seruku bersemangat. Ternyata tak hanya
Jung Hoon hyung yang ada di ruang tengah, tapi juga Ryeowook, Kyuhyun, dan juga
Eunhyuk.
“Kau
sudah bangun? Kemarilah, kita akan membahas comeback kalian minggu depan,” aku
melangkah ke ruang tengah dan duduk di samping Ryeowook. “Hari ini kau tak ada
waktu luang. Kau hanya ada istirahat sekitar satu jam, yaitu sebelum kita
berangkat ke SNL.”
“Yak
hyung, itukan sudah sore. Tapi... gurae, aku minta ijin pulang ke rumah eomma
dan appa di waktu luang itu. Tenang hyung, aku tidak akan terlambat untuk
shooting SNL. Aku janji,” mata Jung Hoon yang awalnya melotot, kini sedikit
redup.
“Kupegang
janjimu. Kalau kau terlambat, kau akan mendapat hukuman,” dia menimpukku dengan
gulungan patitur lagu. Aku tergelak.
“Oke
hyung,” aku menjawabnya dengan semangat.
“Hyung,
kau kenapa? Apa kau salah minum obat. Kau aneh sekali. Kau bukan Yesung hyung
ya?” Ryewook dan Eunhyuk memandangku heran. Aku hanya menggeleng pelan dan
mulai fokus pada patitur laguku.
0o0
Ji
Woon POV
Aku
masih terpekur memandangi tembok merah muda yang membungkus kamar besarku. Ya
kamar besar. Kamar ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kamarku dulu.
Desainnya sangat indah, seperti kamar putri di negeri dongeng. Tapi aku agak
geli sebenarnya. Aku lebih suka kamar yang simple. Jong Jin dan appa sedang
bekerja. Eomma sedang mempersiapkan hidangan istimewa untuk makan malam nanti.
Jong Woon? Entah kenapa anak itu sangat sibuk. Aku tak tahu dia bekerja apa
hingga sangat sulit bertemu dengannya. Bahkan dia tak ikut menjemputku saat
keluar dari rumah sakit tadi. Jong Woon pabo
!
‘Krieet’
“Kau
suka”
Aku
menoleh pada sumber suara. Kulihat Jong Woon tengah bersandar di pintu sambil
menenteng sebuah tas kecil. Aku melengos kesal.
“Kau
marah karena aku tak ikut menjemputmu?” aku masih terdiam kesal. Dia
menghampiriku dan duduk di tepi ranjangku.
“Jangan
marah Ji Woon ah. Kau sangat jelek jika marah. Aku tak mau wajahku ikut jelek.
Lihat apa yang kubawa,” dia menyodorkan tas tadi kepadaku. Dengan masih kesal,
aku membuka bungkusan itu. PSP?
“Wuaaaaaaa
Jong Woon, gomawo. Aku suka sekali mainan ini. Akhirnya aku punya PSP seperti
milik Seung Jo oppa. Gomawo Jong Woon ah. Baiklah karena kau baik, kau
kumaafkan. Kajja kita ke dapur,” aku turun dari ranjangku dan kami melangkah
bersama menuju dapur. Kulihat eomma hampir selesai menghidangkan makanan. Aku
duduk diikuti Jong Woon. Tunggu, kenapa wajah Jong Woon muram begitu. Apa dia
tidak senang melihatku kembali ke rumah? Dia mengecek jam tangannya.
“Mianhae
Ji Woon ah, eomma, aku tak bisa ikut makan malam dengan keluarga kita. Aku
harus kembali ke tempat kerjaku. Setengah jam lagi pengambilan gambar SNL akan
dimulai. Aku harus segera kesana eomma,” eomma menghampiri Jong Woon dan
mengelus kepalanya.
“Gwaenchana
adeul. Eomma mengerti. Cepatlah pergi, kau akan terlambat. Eomma tak mau kau
dimarahi,”aish apa-apaan ini. Kenapa dia harus pergi lagi. Begitu pentingkah
pekerjaannya. Aku benar-benar kesal padanya.
“Ji
Woon ah,” aku tetap diam tak mau menatapnya.
“Mianhae,
aku pergi dulu ya. Aku akan secepatnya datang kesini lagi. Annyeong,” kurasakan
kecupan lembut di puncak kepalaku. Aku hanya diam. Kurasakan ada yang basah di
pipiku. Deru mobilnya terdengar meninggalkan rumah kami. Aku merogoh sakuku,
mengeluarkan ponselku. Kutekan beberapa nomor yang kuhapal di luar kepala. Aku
menghubungi Jong Woon.
‘Tuuutt tuutt’
“Yeoboseyo”
“Jong
Woon ah, mianhae. Aku egois, kapan kau akan kembali?”
“Mwo? Yeoboseyo? Apa kau mencari Yesung
hyung?”
“Yesung?”
“Maksudku Jong Woon hyung? Dia tadi keluar
dan meninggalkan ponselnya. Apa ada yang ingin kau sampaikan? Aku
dongsaengnya.”
“Ah
Jong Jin ah, aku noona. Kau bersama Jong Woon?”
“Aniyo. Aku bukan Jong Jin. Aku Kyuhyun. Cho
Kyuhyun.”
Aku
tertegun.
“Kau
dongsaengnya?”
“Ne, kau bisa menitipkan pesan padaku.”
Omo,
siapa dia? Dongsaeng Jong Woon? Apa eomma atau appa menikah kembali saat aku
koma? Apa aku mempunyai saudara lain. Aku menatap mata eommaku yang terlihat
bingung melihatku menangis.
“Eomma,
bagaimana bisa eomma menikah lagi? Atau appa yang selingkuh?
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar