Title
: It’s (Not) Last Anniversary
Genre
: Friendship
Rating : AG
Cast
: Kim Jong Woon a.k.a Yesung
Park Jung Soo a.k.a Eeteuk
Kim Seo Yeon (OC)
Kim Hwi Hui (OC)
All Super Junior member
Disclaimer : FF ini murni hasil kucuran keringat
saya (?) dilarang COPAST.
Soundtrack : Super Junior - Coagulation
Yesung - True Love Is Sick
Super Junior - From You
From Author :
Sebelumnya saya minta maaf jika cerita ini kurang berkenan di hati readers.
Cerita ini hanyalah imajinasi saya. Cerita ini saya dedikasikan untuk rasa
cinta ELF yang begitu besar pada oppadeul. Juga hadiah kecilku untuk nae nampyeon #Plak
yang tahun ini merayakan anniversary ke 29. Chukkae \(^.^)/ Mari kita
sama-sama berdoa semoga Super Junior bisa kembali ber 13 eh ber 15 kan? Dan Yesung oppa tetap sehat dan mencintai ELF terutama Clouds setiap saat. Amin. Agar
feelnya lebih dapat, silahkan putar lagu soundtrack saat ada tanda Play
soundtrack di FF. Gomawo ^^. HAPPY READING!!
0o0
Author POV
‘Tek.... tek...
tek’
Suara pelan
beradunya kuku dengan meja persegi seperti ingin memecah kesunyian. Dua orang
pria dewasa, saling menatap dengan mata seakan menghunus ke arah bintik kuning
lawan bicaranya. Satu menit, dua menit, hingga hampir lima belis menit ruangan
mewah tersebut senyap.
“Apa kau tau
konsekuensi dari keputusanmu nanti?”
“Algaseumnida (saya mengerti)”
“Apa kau sadar,
keputusanmu sangat egois?”
“Selama ini saya
hanya menerima semua peran yang diberikan pada saya. Kali ini biarkan saya
menjalani karir sendiri. Bukankah rumor itu semakin hari semakin tajam. Pada
akhirnya kami akan kau bubarkan. Jadi aku memilih untuk mengajukan karir solo
pada anda Sajangnim.”
“Baik jika itu
keputusanmu. Aku akan mempertimbangkannya. Keluarlah.”
Setelah
membungkuk hormat, namja (laki-laki)
itu dengan gontai meninggalkan ruangan bertitle CEO. Rambutnya yang sedikit
tersibak, menonjolkan wajahnya yang tampan. Mata sipitnya tak henti menatap jam
tangannya.
~13~
“Untuk
kesuksesan album ke 6, cheerrssss”
“Cheeerrssss”
Dentingan gelas
mewarnai keriuhan sebuah ruangan yang penuh dengan namja. Mereka tertawa bahagia seakan ingin melepas semua penat.
Satu namja dengan rambut hitam
sedikit tersibak hanya terpekur seraya meneguk sedikit demi sedikit gelas
winenya.
“Hyung, dimana Teuki hyung?” namja yang kerap
dikenal sebagai eternal magnae itu
tengah menepuk pundak namja rambut
bersibak.
“Molla (entahlah) Ryeowookie,” jawabnya
enggan.
“Yesung hyung, kau akan minum wine ini? Andwe (tidak), kau tak boleh minum. Kau
akan sangat berantakan,” tangan Ryeowook mengambil paksa gelas Yesung.
“Aish, yaa
Ryeowookie biarkan aku minum. Aku kuat,” tangannya menggapai-gapai berusaha
mengambil gelas Ryeowook. Dia terlihat mulai mabuk meski belum segelas dia
habis minum.
Suasana kembali
riuh saat seseorang yang mereka hormati datang. Yah, hyung tertua mereka. Tapi air mukanya nampak keruh. Kemarahan,
kesedihan, kebingungan, dan rasa tidak percaya memenuhi setiap guratan
wajahnya. Dengan tangan mengepal, dia berjalan tergesa ke arah Yesung.
“KIM JONG WOON
!!! APA MAKSUDMU DENGAN BERSOLO KARIER !!!”
0o0
Eeteuk POV
Aku melangkah
menuju tempat perayaan kesuksesan album baru kami yang terus merajai tangga
lagu Korea bahkan luar negeri. Hatiku begitu terbakar setiap kali kata-kata
dari Soman Sajangnim terngiang di
telingaku. Aku sungguh tak percaya kalau salah satu dongsaeng yang kusayangi ternyata menyimpan rahasia begitu besar
dan bersikap begitu egois. Kemarahanku benar-benar menggelegak. Masih kuingat
bagaimana tadi aku berteriak di depan orang yang telah menjadikanku salah satu
idola. Aku melihatnya tengah berebut gelas dengan Ryeowook.
“KIM JONG WOON
!!! APA MAKSUDMU DENGAN BERSOLO KARIER !!!”
Amarahku meledak
saat dia telah di depanku. Senyap, tak ada sedikitpun suara yang terdengar. Tak
kulihat sedikitpun raut terkejut di wajahnya. Bibirnya tertarik kecil membentuk
smirk yang tak biasa dia tunjukkan.
Aku terus menatap wajahnya yang tak kunjung menatapku.
“Hhh, kau sudah
tau? Baguslah,” sorot matanya seakan menantangku. Kemarahanku kembali muncul.
“KIM JONG WOON
!!!” kuhela napasku dan mencoba mengatur emosiku. “Apa kau tau kalau kau
bersolo karir, apa yang akan terjadi.”
“Apa yang akan
terjadi nanti, semua terletak pada tangan kalian,” tak sedikitpun tatapan
hangat keluar dari dua kelopak matanya.
“Bersolo karir,
apa maksudmu?” kurasa Kangin dan yang lainnya sekarang mulai mengerti arah pembicaraanku.
“Kau bodoh,
bukankah Teuki hyung sudah bilang
dengan jelas. Ne, aku ingin bersolo
karir. Aku sudah mengajukan keinginanku pada Soman Sajangnim. Dan sepertinya
dia menyetujui permohonanku dilihat dari reaksi Teuki hyung. Sudah lama aku ingin bersolo karir. Impianku adalah menjadi
penyanyi solo. Aku ingin orang benar-benar melihatku. Hah, aku sudah lelah
bernyanyi bersama-sama seperti ini,” jawaban Yesung seakan membekukanku.
‘Bugh’
Aku berusaha
menahan Kangin yang hendak melayangkan pukulan kedua ke Yesung. Yesung terduduk
di lantai dengan darah di sudut bibirnya.
“Neo Micheo (kau gila) !!
Kau tak tau apa yang akan terjadi jika kau keluar dari Super Junior. Apa
kau tak mengambil pelajaran di album ketiga kita hah? Apa kau lupa bagaimana
saat Hankyung hyung pergi. Kau lupa
bagaimana keadaan Super Junior saat Kibum memutuskan untuk cuti. Apa kau ingin
Super Junior benar-benar hancur !!” aku menatap miris wajah tegang Kangin.
Kulihat Donghae tengah berusaha membujuk Hyukjae untuk berhenti menangis. Satu
persatu kusadari, mata mereka mulai memerah. Namun yang kulihat dari wajah
Yesung, hanyalah seringaian kecil tak bersalah.
“Wae (kenapa)? Bukankah sekarangpun telah marak isu Super Junior akan bubar.
Bukankah sudah banyak yang membidik Super Junior hanya akan sampai album ke
enam. Aku lelah dengan itu semua. Aku ingin mempertahankan karirku. Aku tak
ingin orang melihatku hanya sebagai lead
vocal. Tapi aku ingin mereka melihatku benar-benar sebagai penyanyi. Apa
kau tau, saat aku memenangkan immortal song, di saat itulah aku merasa jiwaku
benar-benar menggariskanku untuk menjadi penyanyi. Saat itu, pertama kalinya
aku menyadari bahwa aku memanglah seorang penyanyi. Bukan lead vocal yang dituntut bisa dance.
APA KALIAN TAU !!!” rahangnya menguat saat luapan perasaannya keluar. Matanya
memerah. Aku tak bisa lagi menopang berat tubuhku. Aku jatuh terduduk. Sungmin
menyentuh pundakku.
‘Bugh’
“Apa itu berarti
kau bisa begitu egois hah?”
‘Bugh’
“Kukira selama
ini kau orang yang memang harus kuhormati.”
‘Bugh’
“Kenapa kau tak
mau membuka matamu, dimana sebenarnya kita.”
Aku hanya
menatap lemas pada Kyuhyun yang tengah memukul Yesung. Tak bisa kucegah, bulir
airmataku jatuh perlahan. Keadaan kembali sunyi. Hanya isakan Eunhyuk dan
engahan Kyuhyun yang terdengar.
“Hhh, kenapa
kalian marah? Ini semua adalah jalan hidupku. Apa kalian tak rela aku keluar?
Ah aku tau. Kalian takut tak akan ada lagi yang bisa menyanyikan lagu yang
bernada tinggi kan? Kalian takut popularitas kalian akan anjlok karena lagu
Super Junior tak ada yang memperindah? Bukankah kalian sendiri lebih egois.
Mengekang keinginanku,” wajah yesung
perlahan kabur karena saking banyaknya air mata yang tertampung di
kelopak mataku. Aku menunduk saat cairan bening itu dengan deras luruh ke
lantai beriringan dengan isakanku.
“Gurae (baik), kalau itu memang
keinginanmu. Keluarlah. KA.... kaaaaa....
(pergi) !!!!” aku menangis kecil. Kulihat dia mulai beranjak pergi
meninggalkan kami.
‘Srat’
“Teuki hyung, beginikah yang bisa kau lakukan?
Kenapa kau tak bisa menahannya. Apa kau akan membiarkannya pergi seperti
Hankyung hyung? Apa memang benar kau leader payah hah?” tangan kuat Kangin
mencengkeram erat kerahku. Aku hanya mampu menangis. Aku tak bisa sedikitpun
mengeluarkan kata sekedar memberi alasan atau menghibur ala kadarnya. Semua
memang benar. Aku tak pernah pantas menjadi leader.
“Gurae, lakukan saja apa yang kalian mau.
Aku yakin semua akan benar-benar terjadi. Super Junior memang akan bubar,”
sedikit kalimat keluar dari mulut Kangin sebelum akhirnya dia menghilang ke
balik pintu. Tak ada satupun yang berbicara. Kami hanya bisa saling menangis
dan menenangkan diri. Yesung ah, apa kau tak tau? Masing-masing dari kalian
adalah bagian nyawa dalam hidupku.
0o0
Kim Seo Yoon POV
Langkah cepatku
seketika terhenti saat seorang perawat keluar dari sebuah ruangan yang begitu
familiar, ruang isolasi. Cepat kuhapus airmataku. Aku tak boleh tampil menyedihkan di hadapannya.
“Mianhamnida (maaf), sebenarnya ada apa?”
kutahan lengan perawat yang hendak masuk ke ruang isolasi. Dia tersenyum
padaku.
“Seo Yoon ssi,
Hwi Hui terus menangis dari tadi. Dia ingin menemuimu. Kau harus cepat masuk.
Jika tak dihentikan, dia bisa mengalami peradangan paru-paru,” aku mengangguk
dan ikut berjalan -setengah berlari- masuk ke ruangan. Sebelum menemui dongsaengku, aku harus memakai baju
khusus. Baju yang menurutku lebih mirip baju astronot -lengkap dengan penutup
kepala-. Meski terasa sangat panas, tapi aku tetap merasa nyaman -karena
terlalu sering memakainya-. Aku masuk ke tempat selanjutnya. Begitu pintu
ditutup, seluruh tubuhku disemprot, sterilisasi
mungkin. Begitu selesai, pintu selanjutnya terbuka. Yang pertama kulihat dongsaengku menangis sambil memeluk
photobox Super Junior.
“Saengie, waeyo?” mendengar suaraku, uisa (dokter) serta asistennya mundur,
dan dongsaengku dengan lemah
memandangku.
“Eoni,” bergegas aku memeluknya agar dia
merasa nyaman. Selang oksigen di hidungnya, tak membuatku risih mencium
pipinya.
“Waeyo?” aku mengelus pelan puncak
kepalanya.
“Eoni, katakan padaku, benarkah Super
Junior bertengkar? Benarkah mereka akan bubar. Katakan eoni. Semua itu tidak benar kan?” aku hanya tersenyum miris.
Sementara pikiranku melayang pada berita pagi tadi yang mengulas tentang
retaknya hubungan dalam Super Junior. Bahkan dikatakan besok adalah konferensi
pers tentang pembubaran Super Junior. Sebenarnya ada apakah dengan mereka?
Bagaimana bisa orang yang telah bersama-sama selama lebih dari 10 tahun
mengalami kejadian seperti itu. Aku tak pernah bisa menebak jalan pikiran namja. Apa mereka lupa kalau besok
adalah tepat 7 tahun mereka debut?
“Eoni, aku tak mau mereka bubar. Jebal (kumohon), katakan padaku, mereka
tak berpisah kan? Semua itu bohong kan? Semua yang dikatakan itu tidak benar
kan? Eoni jangan diam,” dia kembali
menangis. Napasnya terengah.
“Lebih baik kita
memberinya penenang,” tangan uisa
menepuk pundakku.
“Andwe, aku tak mau. Katakan eoni, semua itu salah kan?” aku tak
sanggup mendengar tangisannya. Kurasakan air mataku yang sempat terhenti
kembali mengalir seiring dengan tangisannya. Tubuhku ditarik ke belakang saat uisa akhirnya menyuntikkan penenang pada
dongsaengku.
“Ne saengi,
semua itu bohong. Semua salah. Super Junior tetap satu. Mereka semua
pembohong. Super Junior tak akan berpisah,” aku terus berteriak berusaha
meyakinkan dongsaengku. Namun kurasa
usahaku sia-sia saat tau dia sudah merapatkan kedua matanya. Aku hanya bisa
begini setiap harinya, menangis dan menangis.
“Eoni janji. Eoni akan berusaha untuk membawa mereka menemuimu, suatu saat
nanti.”
0o0(~OST~Super
Junior~Coagulation>>Play)0o0
Yesung POV
“Api
Di Tengah Hallyu Korea”
Aku membisu
membaca sederet artikel yang memberitakan pertengkaranku dengan member lainnya
beberapa hari yang lalu. Banyak netizen
yang menudingku sebagai penyulut pertengkaran. Bahkan saat ini telah tersebar
bahwa Super Junior memang akan bubar. Aku sedikit tersentak saat sebuah tangan
mengelus puncak kepalaku lembut.
“Adeul ah, gwaenchana (baikkah)? Masalah
apa yang membuat kalian bertengkar seperti ini? Chaggi, terkadang kau tak harus melihat sisi negatif dalam
mengambil keputusan. Eomma (ibu)
harap kamu bisa dengan tepat mengambil keputusan,” kata yang diselingi senyum
damai itu malah membuatku ingin menangis. Entah kenapa saat ini aku semakin
bimbang. Aku menundukkan kepalaku tak sanggup menatap sorot teduh eomma. Sebuah kotak sedikit besar
tersodor padaku. Aku mendongakkan kepalaku. Jongjin tersenyum saat kotak itu
kuterima.
“Hyung, terkadang kau harus melihat ke
masa lalu untuk mengambil keputusan. Apapun keputusanmu, jangan sampai akan
membuatmu menyesal. Aku, eomma, dan appa percaya bahwa kau bisa mengambil
jalan yang terbaik untukmu,” Jongjin tersenyum kembali. Eomma dan Jongjin beranjak pergi meninggalkanku. Dengan penasaran
aku membuka kotak berwarna coklat tersebut. Tanganku seketika terhenti. Aku
tertegun. Mataku menatap nanar pada album foto, kertas-kertas kucel, beberapa
kaset, serta sebuah handycam. Penuh
keraguan, aku mengambil kertas kusam yang penuh coretan dengan tinta sebagian
meluber seperti terkena air. Itu adalah surat yang kuberikan pada eomma saat Kyuhyun kecelakaan.
Eomma,
aku tak ingin melihat Kyuhyun seperti ini. Entah sejak kapan aku menyayanginya.
Bahkan bukan hanya Kyuhyun, tapi aku merasakan hal yang sama pada yang lainnya.
aku merasakan mereka adalah keluargaku. Aku ingin melindungi mereka. Membantu Teuki
hyung dan menjadi hyung yang baik untuk Ryeowook. Eomma, Kyuhyun pasti akan
bangun kan? Aku tak bisa melihatnya terluka.
Entah kenapa aku
merasakan dadaku sesak saat membaca kalimat itu. Sebuah kapak besar seakan
terhantam ke hatiku. Bayang-bayang kecelakaan besar tahun 2007 lalu kembali
berputar dalam pikiranku. Di saat itu aku begitu takut kehilangan Kyuhyun. Aku
sangat sakit melihat Teuki hyung harus
menanggung beban luka yang sangat parah. Aku begitu takut saat Kyuhyun tak
kunjung bangun. Saat itu, aku merasakan mereka bukan hanya rekan kerjaku, tapi
juga bagian dari jiwaku.
Tanganku beralih
ke album foto. Aku tersenyum kecil melihat foto-foto konyolku saat aku masih
belum debut. Tanganku kembali terhenti saat aku menatap foto album pertama
Super Junior. Aku bahkan menulis footnote
di bawahnya.
“Hari
ini kami debut. Setelah penantian panjang 5 tahun, aku debut bersama mereka.
Super Junior. Kami berjanji, kami akan benar-benar menjadi manusia Super. Super
Juni OR~
-06Nov2005-”
Kutatap kalender
meja yang terpampang di samping tempat tidurku. Bukankah besok adalah tanggal 6
November? Bukankah itu berarti besok adalah anniversary Super Junior yang
ketujuh? Setetes airmata jatuh tepat di atas foto itu. Aku... Sebenarnya apa
yang telah kulakukan? Bukankah selama ini aku bahagia bersama mereka. Bukankah
mereka adalah bagian dari jiwaku. Bagaimana bisa aku berpikir untuk
meninggalkan jiwaku? Sebenarnya apa yang kupikirkan. Mengapa aku memilih
mengejar impianku tapi dengan menorehkan luka pada mereka? Aku......
Tangisanku pecah
saat aku teringat kata-kata Teuki hyung di tahun pertama.
“Happy
Anniversary. Tak terasa, setahun sudah berlalu. Kita memulai dengan 12 orang,
dan sekarang kita merayakan tahun pertama kita ber-13. Setiap tahun kita akan
merayakan ber-13. Kita akan selamanya seperti ini.”
“Mianhae hyung, jeongmal mianhae. Aku benar-benar jahat. Aku bodoh. Aku tak
bisa menepati janji kita. Hyung, maafkan
aku. Tuhan, kumohon putarlah waktu. Kembalikan waktuku agar aku tak membuat
keputusan bodoh itu. Kumohon Tuhan, aku tak ingin menyesal seumur hidupku. Aku
tak ingin.........” aku tak dapat menghentikan airmataku yang terus melaju
keluar dari kelopak mataku. Hyung, apa
yang harus kulakukan untuk menghentikan peresmian pembubaran Super Junior
besok? Tuhan, kumohon...
~13~
‘Tap tap tap’
Kakiku melangkah
lemas ke salah satu ruangan. Teuki hyung
memintaku untuk bertemu sebelum konferensi pers dimulai. Aku memakai kacamata
untuk menghalangi mataku yang bengkak karena semalaman menangis. Aku ingin
mengatakan pada mereka kalau aku tak ingin ini terjadi.
‘Kriet’
Keadaan sunyi
saat aku membuka pintu. Semua menoleh padaku. Hatiku perih saat kulihat mata
mereka semua membengkak. Dan kami semua memakai kacamata. Bahkan Ryeowook
memakai masker. Tak lama mereka menatapku, pandangan mereka kembali pada Teuki hyung. Tak ada senyuman atau sapaan
hangat seperti biasanya saat kami bertemu. Sorot mata mereka sarat akan emosi
dan seakan terus menuntutku untuk menjelaskan mengapa aku harus menyakiti hati
mereka. Semua itu membuat hatiku benar-benar terasa tertohok, sangat sakit.
“Owh, kau sudah
datang. Duduklah Sungie,” kata lembut Teuki hyung
meluluhlantakkan hatiku. Dia melempar senyum manis padaku. Jebal hyung, jangan perlakukan
aku seperti ini. Lebih baik kau memukulku sampai mati. Aku tau kau terluka. Jebal jangan kau sembunyikan, karena itu
akan membuatku merasa terus dicekam perasaan bersalah yang menakutkan. Perlahan
aku duduk di samping Donghae yang sama sekali tak menatapku.
“Karena semua
telah berkumpul, aku akan memulai,” Teuki hyung
berhenti sejenak. Baru kusadari, Heechul hyung
dan Kibum ada di sini juga. “Apa kalian ingat hari ini tanggal berapa? Apa
kalian ingat, 7 tahun lalu di hari ini, kita tampil pertama kali di SBS dengan
menyanyikan Twins. Ah, tak terasa itu sudah lama berlalu. Bahkan sepertinya
uban sudah mulai tumbuh di rambutku. Dan hari ini, aku ingin merayakan
anniversary ketujuh kita yang mungkin adalah anniversary kita yang terakhir.
Aku ingin mengatakan, jangan menyalahkan Yesung. Ini semua bukan salahnya.
Cepat atau lambat, kita pasti akan berpisah. Ini hanyalah masalah waktu. Aku
hanya berharap, saat kita berpisah, jangan meninggalkan amarah dan dendam.
Cobalah untuk melihat ke depan. Ambillah sisi positifnya. Setidaknya kita tidak
akan rebutan makanan lagi kan? Gaji kita juga tak harus dibagi. Hahaha.”
Teuki hyung tertawa miris. Aku tau dia
memaksakan diri tertawa meski dalam hatinya menangis. Apa yang harus kulakukan.
Ya Tuhan, jika memang ini anniversary, aku ingin meminta satu hal padamu.
Jangan biarkan kami berpisah hari ini.
Tak ada satupun
yang menanggapi Teuki hyung. Kami
lebih memilih berdiam diri, berharap waktu berhenti agar konferensi pers itu
tak pernah terjadi.
“Kurasa para
wartawan telah banyak yang menunggu kita di luar. Tanamkan pada hati kalian,
perpisahan ini bukan ujung tombak persahabatan kita. Yesungie, kau jangan
menjauh dari kami. Kami tak akan memaafkanmu kalau kau berani berpaling dari
kami. Arratji (mengerti),” aku hanya
menunduk berusaha menyembunyikan bulir airmataku yang perlahan menetes.
Satu demi satu,
mereka pergi meninggalkanku. Ketika aku mendongakkan kepalaku, kulihat Ryeowook
tengah menatapku tajam. Matanya bengkak. Dia berusaha tersenyum, tapi air
matanya meluncur cepat tanpa sempat dia seka.
“Mianhae,” entah kenapa hanya itu yang
mampu kuucap. Aku terlalu takut berkata. Aku takut perkataanku akan menjadi
penyesalanku nantinya.
Dia
meninggalkanku. Kuseka airmataku, dan aku beranjak berdiri menyusul mereka.
Kilatan blitz
menyambut saat aku memasuki ruang konferensi pers. Semua terdiam. Kami
membungkuk sebentar dan akhirnya duduk. Suasana begitu tegang. Entah apa aku
sanggup duduk di sini terus. Ini semua salahku. Aku memang bersalah. Memang
akulah penyebab mereka semua dalam keadaan sulit seperti ini.
“Selamat siang,
saya Park Jung Soo sebagai leader
dari Super Junior, akan menjadi wakil bicara dalam konfe....”
Kata-kata Teuki hyung terhenti saat sebuah teriakan
terdengar dari balik pintu. Kami saling berpandangan. Mungkinkah itu ELF? Tapi
tak mungkin, acara ini mendapat penjagaan sangat ketat. Seseorang mendatangi
Teuki hyung dan berbisik padanya.
Seketika Teuki hyung berdiri dan
berlari ke pintu keluar. Kami serentak mengikuti Teuki hyung.
“Jangan mendekat
atau pisau ini akan memutus nadi leherku. Kumohon, beri aku waktu 5 menit untuk
berbicara dengan Super Junior. Jika memang tak bisa, aku ingin mati di sini.
Jangan berani mendekat.”
Aku terpana
melihat apa yang ada di depan kami. Seorang yeoja
(perempuan) muda tengah menangis dengan pisau menempel di lehernya. Aku tak
bisa membayangkan tajamnya pisau itu. Sedikit lengah, pisau itu bisa menyayat
kulit lehernya. Apa sebenarnya yang terjadi.
“Turunkan
pisaumu. Itu bisa melukaimu. Apa yang kau inginkan?” raut cemas tergambar jelas
di wajah Teuki hyung.
“Berhenti
mengambil gambarku atau aku akan mati !!” seketika cahaya blitz kamera
berhenti. Yeoja itu menatap tajam ke
arah kami. “Aku bukanlah fans fanatik kalian. Tapi bisakah kalian memberiku
waktu 5 menit untuk berbicara. Kumohon, tolonglah aku. Jebal,” dia kembali menangis.
0o0(~OST~Yesung~True Love Is
Sick>>Play)0o0
Author POV
“Minumlah,”
Sungmin menyodorkan segelas air putih pada Seo Yoon. Seo Yoon mengangguk kecil.
Kini dia tengah berada dalam ruangan tertutup bersama Super Junior.
“Jadi kenapa kau
melakukan hal yang berbahaya seperti tadi,” kata Siwon yang terlihat masih
cemas.
‘Dug’
Tak disangka yeoja itu malah terduduk di lantai. Dia
menunduk. Super Junior berusaha membuatnya berdiri, tapi dia tetap bersikukuh
seperti itu.
“Kumohon tolong
aku. Tolong aku mengatakan pada dongsaengku kalau semua itu bohong. Katakan padanya
kalau semua itu tak benar. Katakan kalau kalian tidak berpisah,” Seo Yoon
kembali menangis.
Hening...
Tak ada yang
berbicara. Eeteuk menghela napas kecil.
“Mianhamnida, kami tidak bisa. Kami....”
Eeteuk mendesah. Dia tak sanggup berkata kelanjutannya.
“Kami akan
berpisah. Itu kenyataan,” kata Kangin lirih. Mata mereka kembali memerah.
“Jebal, hanya kalian yang bisa
menolongku. Ah, kalian berpura-puralah. Pura-puralah kalian tak berpisah. Hanya
di depan dongsaengku. Kumohon sekali
saja. Aku tak bisa kehilangannya,” tangisan Seo Yoon tak berhenti mengiringi
setiap kata yang meluncur dari mulutnya.
“Duduklah,
katakan pada kami apa maksudmu,” Kibum menarik lengan Seo Yoon untuk duduk di
kursi. Beberapa saat hening tercipta. Isakan Seo Yoon perlahan mereda, terganti
dengan desahan kecil.
“Dongsaengku adalah pengagum kalian. Dia
benar-benar menyukai kalian. Selama 5 tahun, kalian adalah pemompa semangatnya
dalam menjalani semua perawatan dan pengobatan yang menyakitkan. Dongsaengku yang malang. Dia menderita Adenosine Deaminase Deficiency yang
berakibat dia tak memiliki kekebalan tubuh sama sekali. Kontak sedikit saja
dengan kuman, akan menyebabkan kematian. Selama 15 tahun, dia hidup dalam satu
ruangan isolasi tanpa bisa pergi kemanapun. Dia tak pernah bisa merasakan
indahnya dunia ini. Namun 5 tahun yang lalu, dia melihat kalian di majalah yang
kubawa. Dia begitu antusias. Dan sejak saat itu, kalian terus menjadi pemicunya
dalam menjalani perawatan. Untuk yang itu, aku benar-benar mengucapkan
terimakasih. Dan kemarin saat dia tau kalian akan bubar, dia terus menangis
hingga keadaannya memburuk. Aku tak ingin dia sakit. Jadi kumohon, kumohon bantu
aku. Bilang padanya,” Seo Yoon kembali bersimpuh di lantai. Sontak semua
melarangnya.
“Kumohon bantu
aku. Kalian cukup bilang bahwa meski berita itu mengatakan kalian berpisah,
tapi sebenarnya kalian masih bersama,” Seo Yoon menangis kecil. Tak ada yang berani
berkata. Semua diam dengan pikiran masing masing. Hanya isakanlah yang
terdengar.
‘Brugh’
Semua
terperanjat saat Yesung tiba-tiba ikut bersimpuh di lantai dan menangis.
“Hyung jebal maafkan aku. Aku.... Aku
bersalah. Aku memang manusia paling bodoh. Aku bodoh karena tak memikirkan
keputusanku. Aku bodoh karena hatiku telah tertutup impian egois semata. Aku
menyesal telah berpikir untuk keluar.
Aku menyesal karena gara-gara keputusanku, Super Junior kini berantakan.
Aku ingin memutar waktu untuk tak berkata seperti itu. Aku..... Aku tak ingin
berpisah dari kalian. Kumohon ijinkan aku untuk bertahan. Aku membenci diriku
sendiri hyung,” tangisan Yesung
meledak saat Eeteuk tak kunjung juga mengatakan sesuatu. Perlahan, satu persatu
semua menangis. Jauh dalam hati mereka, mereka sama sekali tak ingin ini
terjadi. Mereka masih tetap ingin bersatu.
“Agassi (nona), kami akan membantumu.
Kami akan mengatakan pada dongsaengmu
kalau sebenarnya Super Junior baik-baik saja,” suara manajer mereka, berusaha
menembus isakan tangis mereka. Manajer merengkuh bahu Eeteuk dan menarik tangan
Yesung.
“Kita akan
melakukannya. Kita katakan pada dongsaengnya
kalau Super Junior masih bersama,” Manajer tersenyum simpul.
“Baik, aku
bersedia hyung. Kami akan
berpura-pura masih bersama. Kami akan membantunya,” kata Eeteuk lirih. Ada
sedikit harapan dalam setiap kata yang dia ucapkan.
“Yaa, bohong itu
kan dosa. Kau ingin dosa?” perkataan manajer membuat seluruh isi ruangan itu
bingung. “Daripada berdosa, bagaimana kalau kita batalkan pembubarannya. Kita
katakan pada Soman Sajangnim kalau
Super Junior masih bertahan.”
“Tapi hyung. Bagaimana dengan wartawan di
luar?” kata Ryeowook bingung.
“Who care.”
0o0(~OST~Super Junior~From
U>>Play)0o0
-3 Bulan kemudian-
Yesung POV
Aku melangkah
ringan menuju satu tempat. Tempat yang rutin kami kunjungi setidaknya seminggu
sekali. Di tanganku terdapat sebuquet rangkaian bunga yang harum. Kami memakai
baju casual dengan senyum di setiap
wajah. Ryeowook merangkul bahuku. Aku tersenyum melihat Teuki hyung, Kangin, Eunhyuk, Donghae,
Shindong, dan Kyuhyun bersenda gurau. Aku tak akan pernah merasakan kebahagiaan
ini semua andai saja waktu itu aku tetap mengambil keputusan egoisku. Meski
setelah insiden saat itu Super Junior sempat mendapat kritikan pedas dari netizen, tapi kemudian mereka salut atas
kesolidan hubungan kami. Kami sempat berdebat dengan Soman Sajangnim. Aku sangat terharu saat ELF melakukan berbagai project demi mengembalikan keutuhan kami.
Terimakasih ELF. Semua karena dukungan kalian. Ah mungkin ucapan terimakasih
tak cukup untuk membalas semua yang telah dilakukan oleh ELF. Yang bisa
kulakukan hanyalah membalas mereka dengan cintaku yang tulus.
Bersama, kami
masuk ke dalam ruangan. Dalam diam, kami memakai baju tertutup seperti astronot
untuk bertemu dengan Hwi Hui.
“Yaa, siap untuk
ke luar angkasa?” kami seketika tertawa mendengar celoteh Shindong.
“Siapa pertama
masuk?” kompak aku dan Ryeowook mengangkat tangan. Aku menarik tangan Ryeowook
untuk masuk ke ruang sterilisasi.
Aku tersenyum
pada Ryeowook. Baju ini terasa panas. Tapi rasa panas ini akan hilang saat kami
bertemu Hwi Hui nanti. Setelah selesai bersteril, pintu kedua terbuka. Begitu
pintu terbuka, kami seakan memasuki dunia Super Junior. Terlihat janggal
memang, tapi memang inilah yang ada. Ruangan tempat Hwi Hui menghabiskan
hidupnya selama ini memang didominasi warna biru safir. Warna khas dari fandom
kami. Beberapa foto pribadi yang kami ambil bersama Hwi Hui terpasang rapi di
dinding. Boneka chibi kami berderet di lemari dekat tempat tidurnya. Kamar ini
tak terasa sebagai ruang perawatan, tapi lebih seperti rumah pribadinya.
Pandangan Hwi Hui beralih dari kertas di depannya menuju ke kami yang baru
datang. Dia tersenyum renyah pada kami. Meski dia terlihat pucat, tapi rona
bahagia tak bisa sembunyi dari wajahnya. Dia membuka headset pemberian Siwon
yang dia pakai sedari tadi.
“Annyeong saengie,” kami memang kerap
memanggilnya dongsaeng. Kami ingin
dia lebih dekat dengan kami. Tak bisa kusangkal, dia sangat manis. Sering kali
saat kami akan tampil perform, kami akan menelpon Hwi Hui terlebih dahulu. Satu
persatu member lainnya masuk menyusulku dan Ryeowook. Kini ruangan ini nampak
sangat penuh.
“Oppa, kalian datang? Apa kalian datang
bersama eoni?” deretan gigi putihnya
muncul saat dia tersenyum lebar.
“Anio (tidak), kami kira Seo Yoon sudah
di sini. Kau tau, hari ini kami ber-11 datang bersama. Kebetulan kami semua
tidak ada jadwal. Kibum akan syuting nanti sore. Heechul menanyakanmu terus dan
tak sabar untuk bertemu kembali denganmu. Minggu depan dia akan ada cuti, jadi
dia bisa menemuimu,” jelas Siwon pada
Hwi Hui.
“Jinja (benarkah)? Gomawo oppa,” tanpa mereka ketahui, sebutir air mata menetes
mengalir pelan di pipiku. Bahkan yeoja yang
menggantungkan hidupnya pada ruang tertutup ini mampu menyatukan kami. Kusadari
rasa cinta ELF memang sangat kuat. Mereka tidak hanya menghilangkan rasa lelah
kami, tapi mereka juga mampu menemukan pemecahan masalah kami. Kuharap suatu
saat nanti, ELF bisa membawa Hankyung hyung
kembali bersama kami. Aku yakin kami akan kembali bertiga belas. E.L.F gomawo karena kalian tetap bersama di
sisi kami tanpa peduli pada keadaan kami. Gomawo
karena kalian tetap mencintai kami sampai akhir meski kami tak bisa
membalas sebesar cinta kalian. ELF gomapgo,
saranghanda.
~FIN~
Selama penulisan
cerita, aku selalu terbayang wajah Hankyung oppa. Sampai sekarang aku yakin,
kita sama-sama masih memiliki harapan Hankyung oppa kembali kan? Jangan lelah
untuk berharap mereka kembali utuh.
Happy
Anniversary \(^.^)/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar