Title : Trust
That I Love You
Author : Sanyti Aprilliani
Genre : Rommance
Rating : AG
Cast : Kim Ryeo
Wook
Admin Aoi as Choi Seo Yeon
Admin Tsuki as Park Je Joon
All Super Junior member
Disclaimer : FF
ini murni hasil kucuran keringat saya (?) dilarang COPAST.
Soundtrack :
Huhgak - The Person Who Once Love Me
Super Junior - Storm
saya mungkin akan hiatus dulu dari dunia perblogan dan per FF an. karena saat ini saya tinggal di asrama dan tugas kuliah menumpuk. jadi mohon maaf. jika ada waktu pasti akan kupost kembli cerita cerita tak jelasku...
owh iya, dilarang COPAST. karena ada FF saya yang di CoPast orang lain, meski hanya 2 paragraf, tapi itu tetap asil olah pikir sya. jadi mohon untuk menghargai ya.
Agar feelnya lebih dapat, silahkan putar lagu soundtrack saat ada tanda Play
soundtrack di FF. Gomawo ^^. HAPPY READING!!
1313131313131313131313
PROLOG
Gemuruh teriakan
beberapa nama memenuhi gedung besar tempat terselenggaranya konser akbar hallyu
besar Korea. Cahaya yang keluar dari tongkat kecil berwarna biru telah menyulap
gedung yang gelap gulita menjadi lautan Biru Safir.
“SUPER JUNIOR
SUPER JUNIOR”
Frase kata itu
tak henti-hentinya bergema mengiringi panggung kosong di depan berbagai manusia
yang menamakan diri mereka ELF.
Sementara itu,
terlihat kesibukan 15 namja di balik panggung besar itu. Sementara yang lain
sibuk mempersiapkan untuk perform di panggung, 1 namja hanya menatap layar
ponselnya dengan kesal.
0o0
Ryeowook POV
‘Mianhae
oppa. Aku takut tak bisa datang di konsermu kali ini. Tapi aku akan mengusahakan
datang. Tapi ada atau tidak ada aku, kau harus semangat untuk cinta mereka
oppa. ELF menunggumu. Hwaiting ^^’
Beberapa baris
kata yang sudah terlalu sering kubaca. Bisa-bisanya dia akan membatalkan lagi.
Dia keterlaluan. Kutekan beberapa nomor yang sudah kuhapal selama 3 tahun ini.
‘Yeoboseyo
oppa.’ (Halo)
“Yaa, kenapa kau
tak bisa datang. Aish. Bukankah kau janji di SS6 Encore ini kau akan datang dan
merayakan kesuksesan SS6 ini bersama hyungdeul dan yang lainnya.”
‘Oppa, aku
tak bilang aku tak bisa datang. Hanya saja mungkin aku akan terlambat. Mungkin.
Ada hal yang harus kulakukan. Mianhae (maaf)’
“Aish. Kenapa
kau masih sibuk saja. Seminggu lagi kita akan menikah. Aku ingin berkencan
denganmu sebelum menikah. Tapi kenapa kau sulit sekali kutemui akhir-akhir ini.
Kau tau, istri Jung Soo hyung, Jong Woon hyung, Dong Hae hyung, dan Hee Chul
hyung kesini. Bahkan istri dan keluarga Hankyung hyung juga kesini, padahal
mereka dari China. Pacar hyung dan juga Kyu juga datang. Jebal datanglah.”
‘Mianhae
oppa (maaf). Aku akan usahakan. Oppa, sudah dulu ya. Aku benar-benar sedang
sibuk.’
‘Tuut tuut’
“Yaa yaa...”
“Kau kenapa
Ryeowookie?”, Jung Soo hyung menepuk bahuku. “Apa dia tak bisa datang lagi?”
“Entahlah hyung.
Aku benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran yeoja (wanita). Apakah saat
hyung akan menikah juga seperti ini? Apa kalian sulit bertemu. Aku takut dia
akan berpaling hyung.”, aku menunduk karena kesal.
“Percayalah
padanya Ryeowookie. Lagipula seminggu lagi kalian menikah. Jangan meragukan
dia. Ayo kita bersiap. Ada banyak orang yang menanti kita.”, kata-kata Jung Soo
hyung sedikit melegakanku.
0o0
Seo Yeon POV
Aku tengah
mematut diriku di depan cermin. Hari ini aku akan menghadiri konser namjachingu
(pacar), ah anio (bukan) tepatnya calon suamiku. Setelah berkali-kali aku tak
melihat ehm lebih tepat keadaan yang memaksaku tak bisa melihat dan
mendukungnya di setiap performnya. Terhitung hanya 2 kali aku menghadiri
performnya sejak kami menjalin hubungan sejak 3 tahun yang lalu. Akhirnya hari
ini aku bisa datang melihatnya tampil memukau.
‘Ting tong’
“Ne. Jamkkamman.
(ya, sebentar).”, aku bergegas melangkah menuju pintu. Kubuka pintu dengan
cepat.
“Je Joon ah.
Kenapa kau kesini?”, aku mengeryit bingung melihat kedatangan rekan kerjaku
ini.
“Seo Yeon ah,
maaf aku mengganggumu. Tapi ada kabar buruk. Bin Woo berhasil lolos dari
tahanan. Tak ada yang memprediksikan kalau putranya yang tengah jadi buronan
kini berkeliaran di Seoul. Pimpinan terpaksa mencabut masa 2 minggu liburmu.
Dan sekarang kau dan aku mendapat tugas untuk menelusup ke salah satu bangunan
di distrik 5 Seoul. Investigator memperkirakan ada kegiatan mencurigakan di
sana.”, aku hanya melongo mendengar penjelasan dari Je Joon.
“MWO?? (apa). Yaa
yaa, apa-apaan ini? Aku masih menikmati 1 hari liburku dan sekarang aku harus
menelusup ke distrik itu. Ini sudah gila. Sebentar lagi aku akan menikah. Dan
hari ini aku akan melihat konser Ryeowook oppa. Dia akan marah kalau kali ini
aku tak datang lagi. Aish, tak bisakah kalian memberiku ruang untuk menghirup
oksigen sebentar saja.”, aku benar-benar pusing sekarang. Aku bingung dengan
apa yang harus kulakukan.
“Kau harus
memilih. Presiden dan masyarakat dunia atau konser yang bisa kau lihat lain
waktu.”, dia menekankan kata konser kepadaku. Dia mendorongku masuk dan tanpa
seijinku dia mengutak atik lemari di kamarku. Dalam sekejap lemari yang
terlihat biasa itu berubah menjadi seperangkat peralatan canggih.
“Arrgghh. Kalian
benar-benar ingin membunuhku.”, bergegas aku mengganti dressku dengan pakaian
yang dibawakan Je Joon. Kuselipkan pisau di kedua pahaku. Pistol tak tertinggal
di perutku.
“Lihat ini. Kita
akan masuk sebagai tamu. Rencana selanjutnya aku akan memberitahukanmu nanti.
Pakaianmu sudah dilengkapi dengan mini kamera dan microphone. Pakai jam ini.
Sekarang kita berangkat. Kau sudah kirim pesan ke Ryeowook?”, dia mengembalikan
keadaan lemari tadi.
“Sudah. Mungkin
dia marah.”, aku berkata lesu seraya memasang jam tangan di tanganku. Kurasakan
ponselku bergetar saat ada panggilan masuk.
“Aish, tuh kan
dia telepon. Arrghh.”, kuhela napasku saat hendak mengangkat telepon dari orang
yang kusayangi.
‘Yeoboseyo
oppa.”, dengan ragu aku mengangkat telepon dari Ryeowook oppa.
“Yaa, kenapa
kau tak bisa datang. Aish. Bukankah kau janji di SS6 Encore ini kau akan datang
dan merayakan kesuksesan SS6 ini bersama hyungdeul dan yang lainnya.”, Aish,
dia benar-benar marah.
“Oppa, aku tak
bilang aku tak bisa datang. Hanya saja mungkin aku akan terlambat. Mungkin. Ada
hal yang harus kulakukan. Mianhae (maaf)”, pelan kujawab perkataannya.
“Aish.
Kenapa kau masih sibuk saja. Seminggu lagi kita akan menikah. Aku ingin
berkencan denganmu sebelum menikah. Tapi kenapa kau sulit sekali kutemui
akhir-akhir ini. Kau tau, istri Jung Soo hyung, Jong Woon hyung, Dong Hae
hyung, dan Hee Chul hyung kesini. Bahkan istri dan keluarga Hankyung hyung juga
kesini, padahal mereka dari China. Pacar hyung dan juga Kyu juga datang. Jebal
datanglah.”, kenapa aku harus selalu mengecewakannya.
“Mianhae oppa
(maaf). Aku akan usahakan. Oppa, sudah dulu ya. Aku benar-benar sedang sibuk.”,
kututup ponselku. Sekali lagi aku mengecewakan dia. Aku mendelik pada Je Joon.
“Kau tau pasti
resiko menjadi anggota FBI. Kau masih untung tak bisa melihat konser. Aku
hampir saja batal menikah.”, dia tersenyum kecut padaku. Aku menoyor kepalanya
karena kesal.
Kami menaiki
mobil yang membawa kami ke salah satu pertemuan rahasia organisasi illegal yang
menjadi salah satu target utama FBI. Organisasi ini telah beroperasi sekitar
setahun. Mereka bertanggungjawab atas kematian 4 pejabat pemerintah, kebakaran
5 sekolah dan peredaran senjata api di Korea Selatan. Ketua mereka yang bernama
Park Bin Woo berhasil kuringkus beberapa hari yang lalu. Tapi sungguh sial,
entah bagaimana para penjaga sial itu bisa lalai sehingga dia berhasil kabur.
Dan sekarang aku harus kembali berurusan dengan namja tua brengsek itu.
Kami sampai di
sebuah gedung mewah dengan penjagaan yang sangat ketat.
“Ingat, kau
harus hati-hati. Anggota FBI lainnya saat ini telah menyebar di sekitar gedung
ini. Tugas kita hanya terfokus pada Bin Woo dan anaknya. Arrsseo.”, omo, Je
Joon cerewet sekali.
“Kau cerewet
sekali pak tua.”, aku keluar dari mobil. Semakin cepat tugas ini selesai,
semakin cepat aku dapat menemui Ryeowook oppa.
Kami berhasil
masuk dengan mudah. Rupanya rekan FBI yang memalsukan identitasku sangat hebat.
Hahaha. Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan ini. Ah jadi itu anaknya Bin
Woo.
Aku dan Je Joon
mengikuti jalannya pertemuan ini sambil sesekali saling mengkontak.
“Penjaga di
luar gedung sudah berhasil dilumpuhkan. Kau siap? Kita rencanakan planning A.”
Suara Je Joon
kudengar melalui headset kecil yang lebih mirip anting ditelingaku. Aku
berjalan pelan untuk mengambil minuman yang bertempat agak di sudut ruangan.
Aku merasa terus diperhatikan. Kujatuhkan tasku dan berpura-pura mengambilnya.
Kulirik keadaan di sekitarku. 2 namja tengah mengawasiku sambil sesekali
menghubungi seseorang dengan microphone kecil di dekat telinganya.
“Sial. Joon ah,
sepertinya kita ketahuan. Oke kita langsung ke rencana Z. Sergap mereka
sekarang.”, aku menyibakkan rambutku sambil membisikkan sesuatu pada Je Joon.
Tanpa mendengar balasannya, kuambil 2 senjata api yang kuselipkan di kedua sisi
perutku dan kuarahkan pada 2 namja tadi.
‘Dor dor dor.’
(Anggap saja suara tembakan)
Dan baku tembak
tak dapat terelakkan. Aku tau ini pasti akan terjadi.
“Joon ah, kau
urus pengikutnya, aku akan menangani 2 bandit itu.”, bergegas aku memilih
tempat strategis. Kudengar Je Joon marah-marah dan melarangku. Aish, jika 2
orang itu tak dibereskan secepatnya, aku tak akan dengan cepat datang menemui
Ryeowook oppa. Kuarahkan ujung pistolku ke Bin Woo. Begitu juga dengannya. Dia
juga melakukan hal yang sama. Aku terlibat baku tembak dengan 2 orang, Bin Woo
dan putranya.
“Argghh”
Satu teriakan
kesakitan keluar bersamaan dengan menembusnya sebutir peluru di dada namja tua
itu.
‘Dor dor’
Kutembak kembali
dada Bin Woo untuk memastikan dia mati kali ini. Aku tak peduli jika harus
dimarahi pimpinan karena membunuhnya. Toh akhirnya dia akan di eksekusi.
‘Dor’
“Argh.”, aku
merasa sesuatu yang panas menembus dada kananku. Aku limbung dan terjatuh. Aku
melihat 3 orang saling menembak dan 1 orang berlari ke pintu keluar, sebelum
akhirnya aku kehilangan kesadaranku.
“Ryeowook oppa.”
0o0
Author POV
‘Glek glek glek’
Kembali Ryeowook
menenggak segelas wine di pesta perayaan kesuksesan SuShow kali ini. Sepertinya
dia sudah mulai mabuk setelah menghabiskan 6 gelas wine. Hanya di saat seperti
ini manajementnya memperbolehkan artisnya minum seperti ini.
“Yaa, Ryeowook
ah. Berhenti minum. Bukankah Seo Yeon sudah melarangmu untuk tak minum lagi.
Kau sudah berjanji padanya kan?”, leader mereka mencoba menghentikan tangan
Ryeowook yang menuang kembali isi wine ke gelasnya.
“Seo Yeon kau
bilang hyung. Yaa, dia sudah berapa kali mengingkari janjinya. Dia bilang akan
datang, tapi lihat, sampai sekarang dia tak muncul juga. Aku tak yakin dia akan
menepati janjinya untuk menikah denganku.”, Ryeowook terus meracau dengan air
mata yang terjatuh dari pelupuk matanya.
“Kau bicara apa.
Jangan bicara seperti itu. Dia mencintaimu. Tak mungkin meninggalkanmu. Mungkin
saja pekerjaannya memang tak bisa di ganggu.”, Jung Soo berusaha meredam amarah
dongsaengnya (adik).
“Pekerjaan
hyung? Bahkan tak lama lagi kita menikah. Apakah pekerjaannya sebagai wedding
decorator (perancang pesta pernikahan) mengharuskan dia bekerja sebegitu
sibuknya? Apakah di Seoul ini hanya ada 1 wedding decorator. Aku saja bisa
meluangkan waktuku. Kenapa dia susah hyung?”, Ryeowook terus menangis di
pelukan hyungnya. Sementara Jung Soo hanya terdiam mendengar semua kata-kata
yang meluncur bebas di bawah kesadarannya.
0o0(OST~ Super
Junior ~Storm>>Play)0o0
Seo Yeon POV
Seberkas cahaya
menyeruak di sela kelopak mataku. Kukerjapkan mataku untuk menyesuaikan cahaya
yang ada di ruangan ini. Setelah sadar sepenuhnya, aku mencoba untuk bangun.
“Argh.”, kurasakan
nyeri yang sangat di dada kananku. Selang oksigen terpasang rapi di hidungku.
Di sampingku terdapat pengitung nadi serta tak ketinggalan infus yang menempel
di tanganku. Ah, rumah sakit.
“Kau sadar.”,
baru kusadari Je Joon ada di sampingku. Dia menekan sebuah tombol kecil di atas
ranjangku. Beberapa dokter masuk dan mulai memeriksaku. Aku meminta mereka
untuk melepas penghitung nadi serta selang oksigen tadi.
“Apa yang
terjadi?”, aku berusaha duduk dengan bantuan Je Joon.
“Kau tertembak
anak Bin Woo. Bin Woo sendiri tewas tertembak pelurumu. Sayang, anak Bin
Woo berhasil lolos dari kejaran. Tapi dia terluka juga. Sekarang dia dalam
pengejaran. Kami benar-benar khawatir saat kau tertembak dan akhirnya koma.
Syukurlah kau sekarang sudah sadar.”, jelas Je Joon padaku.
“Aku koma?”,
tanyaku kaget. Jujur saja aku merasa hanya tertidur, tidur yang cukup lama. Apa
memang begitu rasanya koma.
“Ya. 2 hari kau
koma. Aku terpaksa menemanimu di sini dan membohongi istriku selama 2 hari ini.
Ish, kau sangat merepotkanku.”, kata Je Joon seraya meminum air putihnya.
“Mwo??? (apa?).
2 hari. Aku koma 2 hari. Ryeowook oppa. Bagaimana dengan Ryeowook oppa. Apakah
kau menghubunginya? Apa yang kau katakan padanya?”, aku sangat terkejut dengan
apa yang dikatakan Je Joon.
“Aku tak
mengatakan apapun pada Ryeowook. Aku takut kau akan marah jika aku salah
bicara.”, Je Joon menggaruk tengkuknya pelan karena salah tingkah.
“Kau gila. Aish,
dia pasti sudah menjadi setan sekarang. Bagaimana bisa aku di sini terus.”, aku
bergegas turun dari ranjangku. Dadaku terasa nyeri.
‘Srat’
Kucabut selang
infus yang menempel di pergelangan tanganku.
“Yaa, kau mau
kemana hah? Kau baru saja sadar. Lukamu masih butuh perawatan.”, kukibaskan
tangan Je Joon yang menahanku. Dengan darah yang masih menetes dari tanganku
dan rasa nyeri di dada kananku, aku membuka pintu. Di luar kamarku terdapat
anggota FBI yang lain.
“Seo Yeon-ssi.
Kau sudah sadar. Ya Tuhan, kau akan kemana? Lihat kau mengeluarkan darah. Kau belum
sembuh total. Lukamu masih parah. Kau harus istirahat.”, salah satu rekan
kerjaku kembali menahan tanganku.
“Argh. Kalian
masih mau menahanku? 4 hari lagi aku akan menikah. Dan aku sudah membuat calon
suamiku marah karena tugas ini. Aish, aku sangat kesal. Bagaimana bisa atasan
mencabut 2 minggu liburku hanya untuk mengejar namja tua itu. Huh. Sekarang
biarkan aku pergi untuk menemui calon suamiku. Apakah kalian ingin melihatku
gagal menikah. Kalau sampai aku gagal menikah, aku akan berbalik menjadi pemberontak.
Paham huh.”, aku menendang 2 rekan kerjaku hingga terjatuh dan meringis.
Kemarahanku benar-benar membeludak sekarang. Aku pergi meninggalkan mereka.
“Dia benar-benar
seperti singa kalau marah.”, samar kudengar Je Joon berdecak di belakangku. Aku
harus pergi menemui Ryeowook oppa.
0o0
Ryeowook POV
Aku menghabiskan
waktuku hari ini di dorm. Manajement kami memberikan libur 1 minggu karena
kesuksesan tour dunia kami sekaligus cuti untuk pernikahanku. Pernikahan? Hah.
Sampai sekarang saja Seo Yeon tak menghubungiku. Entah aku akan jadi menikah
atau tidak. Sedari tadi pagi aku belum makan. Entahlah apa hyungku sudah makan
apa belum. Aku benar-benar tak peduli.
‘Klek’
Pasti Jong Woon
hyung akan memintaku untuk makan kembali. Aish aku benar-benar tak nafsu makan
sekarang.
Sebuah tangan
menyentuh puncak kepalaku dan mengelus pelan rambutku. Ini bukan Jong Woon
hyung. Bergegas aku bangun dan menoleh. Seketika mataku membulat melihat orang
di depanku. Orang yang membuatku sangat kacau akhir-akhir ini. Orang yang
sangat kurindukan.
“Mau apa kau
kemari? Kupikir kau sudah lupa jalan untuk menemuiku.”, kupalingkan wajahku
darinya. Aku tak ingin melihat wajahnya untuk saat ini karena kemarahanku bisa
meledak setiap saat. Dia hanya terdiam dan menangis.
“Aku tak butuh
tangisanmu. Aku butuh penjelasanmu. Kau bilang kau hanya terlambat. Terlambat
selama 2 hari, itu maksudmu? Ponsel tak aktif dan sama sekali tak ada kabar
darimu. Aku hampir gila. Kupikir kau ingin menggagalkan pernikahan kita. Aku
ragu apa kita memang akan jadi menikah.”, aku terus menahan ledakan amarahku.
Aku yakin sekarang hyungku yang tengah menghabiskan waktu di dorm sedang
menguping di luar kamar. Tapi aku tak peduli lagi pada mereka.
“Maafkan aku.
Sungguh maafkan kelalaianku. Kemarin aku ditugaskan keluar negri. Dan ponselku
tertinggal. Aku tak pernah berpikir untuk berpisah denganmu oppa. Aku sungguh
minta maaf.”, kulihat dia menangis sesegukan.
“Kau pikir hanya
itu satu-satunya jalan menghubungiku? Apakah kau tinggal di pedalaman saat
bertugas sehingga tak ada koneksi internet? Atau kau sudah menghapus alamat
emailku? Mengapa kau tak menikah saja dengan pekerjaanmu? Kau tau, aku keliling
dunia pun masih sempat menghubungimu. Kenapa kau tak pernah bisa membuatku
tenang.”, aku menatap tajam matanya. Dia terus menangis.
“Maafkan aku.
Sungguh oppa, aku tak pernah menginginkan ini terjadi.”, dia luruh ke lantai
dan menangis sesegukan. Aku sungguh tak tega melihatnya. Tapi egoku masih
terlampau tinggi untuk dengan cepat memaafkan dan mau menerima alasannya.
“Aku.. aku akan
keluar dari perusahaan itu. Aku akan berhenti bekerja. Aku akan sepenuhnya
menemanimu oppa.”, dia kembali menangis. Aku tersenyum mendengar perkataannya.
Kudekap erat tubuhnya. Kuhirup aroma tubuhnya yang sangat kurindukan.
“Gomawo Seo Yeon
ah. Itulah yang kuinginkan.”, dia mengangguk pelan. Aku sangat lega.
Setidaknya, kami akan tetap menikah.
0o0
Seo Yeon POV
Kutatap diriku
di depan cermin. Aku tengah berada di satu ruangan bersama Je Joon.
Akhirnya hari ini aku akan resmi menjadi milik orang lain. Aku telah
mengenakan gaun putih yang menutup dada dan bahuku. Aku tak bisa memerlihatkan
luka di dadaku ini di khalayak umum.
“Aish, padahal
aku ingin memakai gaun pengantin yang dulu kupilih bersama Ryeowook oppa. Tapi gara-gara
luka sial ini aku jadi harus berganti gaun pengantin.”, aku berpura-pura kesal
untuk mencairkan suasana antara aku dan Je Joon.
“Apakah kau
yakin akan pensiun dari FBI? Kau tau, kau adalah rekanku yang terbaik. Kau tau
itu kan. Apa aku bisa menemukan rekan sepertimu kembali. Pertimbangkanlah. Aku
bisa tetap menjalani kehidupan rumah tanggaku dengan tetap menjadi anggota
FBI.”, Je Joon masih terlihat marah karena keputusanku kemarin. Memang kemarin
aku memutuskan untuk keluar dari FBI.
“Aku yakin Joon
ah. Kau jangan begitu. Kita tetap rekan terbaik. Jika kau butuh bantuanku
datanglah, asal jangan memintaku untuk mengejar buronan.”, aku memasang senyum
termanisku pada Je Joon. Je Joon hanya dapat menghela napas, pasrah padaku.
“Sepertinya
sudah waktunya kita keluar.”, aku menepuk pelan bahunya.
Aku keluar dari
tempat riasku tadi. Aku menggandeng tangan Je Joon. Berhubung orangtuaku sudah
tiada dan aku hanya punya Je Joon, sahabat baikku, maka dialah yang jadi
pendampingku. Kulihat pernikahan ini hanya di hadiri orang-orang penting. Aku
agak bingung karena mendapati beberapa rekan kerjaku di FBI di sini juga. Aku
kan tak mengundang mereka.
Ku sikut perut
Je Joon dan aku berbisik padanya.
“Yaa, kenapa
banyak anggota FBI di sini?”, bisikku pada Je Joon.
“Hanya berjaga
saja.”, dia tersenyum padaku. Aku hanya bisa menghela napas.
Ryeowook oppa
tampak dewasa memakai setelan tuxedo pilihanku. Sangat kontras dengan imagenya
di layar kaca selama ini.
“Jangan kau buat
dia menangis. Dia rela melepas pekerjaannya untukmu.”, ucap Je Joon saat
menyerahkanku pada Ryeowook oppa. Ryeowook oppa pun tersenyum manis pada Je
Joon. Kami menjalani prosesi pernikahan. Sampai akhirnya kami melakukan sumpah
di depan pendeta.
“Apakah anda,
Kim Ryeo Wook, bersedia menerima Choi Seo Yeon menjadi istrimu. Menghargai dan
mencintainya. Menemaninya di saat senang maupun susah, di saat sehat ataupun
sakit. Dan menjadi suami yang baik baginya.” (maaf kalau salah sumpahnya)
“Saya bersedia.”
“Dan apakah
anda, Choi Seo Yeon, bersedia menerima Kim Ryeo Wook menjadi suamimu.
Menghargai dan mencintainya. Menemaninya di saat senang maupun susah, di saat
sehat ataupun sakit. Dan menjadi istri yang baik baginya.”
“Saya bersedia.”
Dengan mantap
aku menyatakan 2 kata kesediaanku pada sumpah sakral ini. Aku bahagia akhirnya
aku bisa seutuhnya menyerahkan hidupku pada namja yang kucintai.
‘Sraat bugh
bugh’
‘Dor’
‘Pyaar’
Aku kaget saat
tiba-tiba ada seseorang menembakkan pistol ke arahku. Beruntung Je Joon
menarikku dan Ryeowook oppa untuk menunduk sehingga peluru itu menembus gelas
saja. Sontak keadaan menjadi tak terkendali.
“Apa-apaan
ini.”, aku membentak Je Joon.
“Hal yang kami
takutkan terjadi. Anak Bin Woo menargetkan pernikahanmu untuk membunuhmu. Kau
cepat bawa Ryeowook berlindung bersama yang lain. Aku akan menghadapi mereka
bersama anggota FBI yang lain. Cepat.”, Je Joon mendorongku untuk pergi. Aku
menarik tangan Ryeowook oppa yang masih terpaku karena kejadian tadi. Kulihat
mimik pucat tergambar jelas di raut wajahnya. Aku melihat 10 rekan kerjaku
tengah menjaga 1 ruangan. Aku tau aku harus kesana. Saat aku membuka pintu
ruangan itu, semua penghuni yang ada di dalamnya serentak menoleh kepadaku.
“Seo Yeon, kau
harus menjelaskan ini semua pada kami.”, Jung Soo oppa menghampiriku. Begitu
juga dengan oppadeul yang lain. Ryeowook oppa memegang erat lenganku.
“Apa maksud ini
semua hah?”, Ryeowook oppa menatapku tajam. Aku melepas paksa tangan Ryeowook
oppa. Aku agak mundur ke belakang.
“Maafkan aku
oppa. Aku menyembunyikan ini semua darimu. Sebenarnya, aku adalah anggota FBI
Korea. Itulah alasanku tak bisa selalu menemanimu selama ini. Tapi seperti
janjiku, aku sudah berhenti dari FBI. Tapi rupanya seseorang dari organisasi
illegal mengetahui identitasku dan mencoba membunuhku. Aku harus membereskannya
saat ini juga. Oppa, tetaplah di sini.”, buru-buru aku berbalik. Tapi tangan
Ryeowook oppa menahanku.
“Kau gila. Anio
(tidak). Semua ini gila. Kau akan keluar sana dan bertarung. Aku tak mengijinkanmu.
Bahkan kau tak membawa senjata satupun.”, untuk pertama kalinya aku mengibaskan
tangan Ryeowook oppa. Ku robek gaun panjang pengantinku hingga menyisakan
sebatas lutut. Kucopot semua aksesoris di rambutku. Aku menyibak sedikit paha
kanan dan kiriku yang memperlihatkan pistol dan pisau di kedua pahaku. Semua
melongo melihatnya.
“Apa oppa pikir
seorang anggota FBI akan melenggang tanpa senjata. Maaf oppa aku harus pergi.”,
aku berlari keluar ruangan tersebut.
“Apapun yang
terjadi, jangan biarkan satu orangpun keluar dari ruangan ini.”, pesanku pada
rekanku. Mereka mengangguk. Aku berlari mencari tempat strategis. Rupanya anak
Bin Woo tak datang sendirian. Kulihat kaki Je Joon terluka. Dengan mengendap
aku menghampirinya. Saat ini tinggal 3 orang di altar ini yang masih hidup.
Aku, Je Joon yang terluka, dan anak Bin Woo yang tengah waspada dan mencari
keberadaan Je Joon. Ku ambil pistolku dan aku berlindung di balik meja. Aku
berdiri dan melesakkan peluru pistolku padanya. Tapi sial, dia terlalu waspada.
Dia kini menatapku tajam. Tatapan itu adalah tatapan kemarahan.
“Akhirnya kau
keluar. Bagaimana kabarmu? Nampaknya kau sangat bahagia dengan pernikahanmu
ini. Sementara diriku harus meringkuk menderita karena ulahmu. Kau telah
merampas nyawa appaku (ayahku). Dan sekarang ganti aku yang akan merampas
nyawamu.”, bersamaan dengan perkataannya itu, dia menarik peletuk pistolnya dan
mengarahkannya padaku. Aku berhasil berkelit. Kami akhirnya terlibat adu
tembak. Berkali-kali pelurunya hampir mengenaiku.
“Argh”
Dia berteriak
saat sebuah peluru bersarang di kakinya. Tak mau membuang kesempatan itu, ku
bidik tubuhnya. Seketika dia roboh saat 2 peluru menembus perutnya dan 1 peluru
bersarang di dadanya. Aku tersenyum penuh kemenangan.
“Seo Yeon ah.”
Aku menoleh saat
suara Ryeowook oppa memanggilku.
‘Dor dor’
Sesuatu yang
panas menembus dadaku. Kali ini rasanya sangat sakit. Sial, sepertinya anak Bin
Woo belum mati sepenuhnya.
‘Dor dor’
Samar kulihat Je
Joon menembakkan beberapa peluru pada anak Bin Woo. Aku tak mapu lagi menopang
berat tubuhku.
0o0(OST ~ HuhGak
~ The Person Who Once Love Me>>Play)0o0
Ryeowook POV
Aku terpaku
melihat Seo Yeon yang tergolek lemah di altar.
“ANDWEEEE.”, aku
berlari dan menghampiri Seo Yeon. Kuraih kepalanya dan kutidurkan di tanganku.
“Kenapa kau
melakukan ini hah. Bukankah aku sudah melarangmu. Kenapa kau membantah suamimu.
Kau harus menurut kata suamimu. Lihatlah sekarang. Bertahanlah jebal (kumohon),
aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang.”, aku menoleh pada orang di
belakangku.
“Kenapa kalian
diam saja. Cepat siapkan mobil.”, aku berteriak keras di antara tangisanku.
Kenapa semua orang di sini bodoh, tak adakah yang mengerti ucapanku. Kurasakan
tangan lemah Seo Yeon menyentuh pipiku.
“Biarkan aku..
te..tap.. di.si...ni..oppa.”, dia berbicara lirih padaku. Mulut dan giginya
kini berubah menjadi merah karena darah yang dia muntahkan. “A..ku.. ingin...
di.. si...ni.”
Dia mencoba
meraih tanganku. Buru-buru kugenggam tangannya. Pertahanan kelopak mataku jebol
saat airmataku meluncur bebas dari kedua mataku.
“Jebal (kumohon)
Seo Yeon ah, kau harus tetap hidup. Bukankah kita sudah berjanji tadi. Kita
harus ke..”, perkataanku terhenti saat Seo Yeon meletakkan jarinya di bibirku.
Akhirnya aku memilih untuk diam.
“Ja.ngan..
me..na..ngis.”, dia tersenyum padaku. Senyum yang malah membuatku ingin
menangis.
“Joon ah.”
Je Joon seketika
mendekat saat Seo Yeon memanggil lirih namanya.
“Mung..kin..se.ka..rang..aku..akan..be..nar..be..nar..ma..ti..”,
kulihat dia kembali tersenyum sementara Je Joon hanya menunduk. Aku tak sanggup
lagi berucap apapun.
“Op..pa...di..ngin..”,
aku memeluknya erat. Kudengar isakan tangis di belakangku menemaniku menangis.
“A..ku..ta..kut..ma..ti..oppa..ge..lap.”,
tangisku semakin menjadi saat dia berkata seperti itu. Sungguh aku tak ingin
dia meninggalkanku. Aku tak sanggup lagi berkata apa-apa.
“Oppa..aku..le..lah........a.ku...i..ngin...ti..dur......ma..u..kah...kau..me..nya..nyi..kan..la..gu..pe..ngan..tar..ti..dur..ku.”,
aku merasa detak jantungnya melemah.
“Ja..ngan..ber.hen..ti..se..be..lum..aku...pu...las..”
Dengan masih
mendekapnya dan diselingi isakan, aku mencoba mengeluarkan suara. Lirih. Dan
pilu. Bahkan suaraku pun seakan bersedih saat menyanyikan bait-bait lagu
untuknya.
‘Pyung saeng
gyuh teh ee sseul geh I DO
Nuhl
sarang hah neun guhl I DO
Noon
gwah bee gah wah doh ah kkyuh joo myuhn suh I DO~
Nuh
reul jee kyuh jool geh MY LOVE’
Kurasakan
tubuhnya semakin mendingin. Hangat nafasnya juga tak lagi kurasa. Detak
jantungnya tak lagi terasa di dadaku. Ini tidak mungkin. Aku memeluk erat
tubuhnya mencoba mencari tanda kehidupan dari raga yang telah kosong. Aku tau
aku akan kehilangannya, tapi tak kusangka rasanya sesakit ini. Pilu dan perih
menyeruak ke dalam sembilu. Tak dapat kuhentikan airmataku. Kupererat dekapanku
seakan ingin membagi nyawaku dengannya meski mustahil.
“Saranghae Seo
Yeon ah.”, kubisikkan kata terakhir yang sanggup kuucapkan sebelum akhirnya
tangisku meledak dan aku menjadi gila karena kepergiannya.
“ANDWEEEEE”
Jung Soo hyung
menarik tanganku. Tapi aku memberontak. Kucium pipi Seo Yeon yang telah dingin.
Aku terus memanggil namanya, tapi dia tak juga menyahut.
“Bodoh, kita
belum menyelesaikan pernikahan kita. Kenapa kau malah tidur. Bangun Seo Yeon
ah. Bangun kubilang.”, aku menangis keras dan berteriak. Rasanya ada yang
merenggut paksa nyawaku saat dia tak jua bangun. Sakit, sangat sakit.
0o0
EPILOG
Suasana sunyi
menyergap di tempat peristirahatan terakhir manusia. Seorang namja (laki-laki)
meletakkan setangkai mawar putih di atas makam basah tanda masih baru. Dia
mengusap pelan nisan batu yang diam membeku. Dia tersenyum.
“Seo Yeon ah.
Terimakasih telah mengajarkanku banyak hal. Maafkan karena aku pernah tak
mempercayaimu. Sekarang percayalah. Aku akan selalu mencintaimu.”, ucap namja
bernama Kim Ryeo Wook tulus. Dia memandang langit cerah sambil tersenyum,
berusaha mencari satu titik tempat belahan jiwanya berada.
“Tunggulah
kedatanganku di sana. Tetaplah tersenyum, Yeobo.”, ucap Ryeowook lirih.
END
Bagimana readers??? please komentarnya ya..... komentar itu adalah pemicu untuk penulis loh.........
terimakasih atas perhatiannya dan sudah berkenan untuk mampir ke blogku... ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar