Title : It’s Real, Lady Blonde (Part 1)
Author : Santi Aprilliani
Genre : Romantic, Family, Friendship.
Rating : PG 16
Author : Santi Aprilliani
Genre : Romantic, Family, Friendship.
Rating : PG 16
Length : 1 of ~
Cast : Lee Dong Hae Jully Coward (Fiktif) Lee Hyuk Jae aka Eunhyuk
Cast : Lee Dong Hae Jully Coward (Fiktif) Lee Hyuk Jae aka Eunhyuk
Park Jung Soo aka Eeteuk
Other
SuJu member and Couple
Disclaimer : All Super Junior member adalah milik Tuhan. Mereka kebanggaan ELF. Tapi Yesung hanya milikku !!! #Plak#
Disclaimer : All Super Junior member adalah milik Tuhan. Mereka kebanggaan ELF. Tapi Yesung hanya milikku !!! #Plak#
Annyeong....
Adakah yang
rindu pada FF ini? Karena banyak yang meminta Donghae oppa lebih dulu. Maka
kudulukan. Setelah couple ini selesai, maka abis itu Shindong oppa. Untuk
Ryeowook oppa, Karena ceritanya membutuhkan semua couple member yang aktif,
maka bagiannya setelah Shindong oppa. Abis semua selesai baru FF spesial untuk
member yang tak aktif. #author cerewet#
LET’S READING.....
1313131313131313
Donghae POV
Aku melongok ke kamar coupleku. Lagi-lagi dia sibuk dengan
ponselnya. Setiap kami punya waktu luang, dia selalu sibuk sendiri dengan ipad
atau ponselnya.
“Hyung, temani aku belanja. Kajja.”, kataku. Dia menoleh padaku sebentar. Ditutupnya ponselnya dengan tangannya.
“Ssstt, aku sedang telpon dengan hyekyung. Kau tau sendiri kan kami sama-sama sibuk.”, katanya.
“Terus saja mengacuhkanku. Rupanya sekarang kau sudah
menggantikan posisiku dengan hyekyung. Huh, kau membuatku kesal monyet.”, aku
berteriak di depannya. Tak peduli hyekyung dengar atau tidak.
‘Braakk’
Kubanting pintu kamar monyet jelek itu. Aku melangkah keluar
dengan tergesa.
“Yaa kau mau kemana.”, Yesung hyung menghentikan langkahku.
“Ini sudah malam. Kau harus tidur, karena nanti pagi sekali kita harus sudah
bangun untuk latihan.”
“Biarkan aku. Aku akan minggat. Aku sudah bercerai (?)
dengan monyet evolusi itu. Tidak ada lagi EunHae couple. Yang ada Eunkyung
couple.”, aku mendorong tubuh Yesung hyung. Aku melangkah dengan emosi. Aku
memakai masker dan kacamataku. Aku berhenti di halte bus yang tak jauh dengan
dorm kami. Bergegas aku naik bus untuk menghilangkan kekesalaih nku.
0o0
Jully POV
Kukerjapkan mataku. Omo, aku ketiduran. Aish, padahal aku tadi mau pulang. Kenapa malah ketiduran
di bus. Aku menoleh keluar. Aku bingung. Ini sekarang di daerah mana? Buru-buru
aku turun dari bus saat bus berhenti di salah satu halte. Ini sekarang dimana.
Kulirik jam tanganku. 23.14 KST. Mwo???? Jadi aku tadi sudah berkendara lebih
dari satu jam. Aku sekarang dimana. Padahal tadi harusnya aku hanya berkendara
15 menit. Kenapa aku harus tertidur.
Langit mendung sejak sore tadi. Aku benar-benar seperti
orang linglung. Aku benar-benar takut sendirian. Yah, di halte ini tinggal aku
saja. Aku jadi menyesal turun di sini. Kenapa tidak ada orang sama sekali. Aku
sangat takut sendirian di tempat umum seperti ini. Perlahan airmataku menetes.
“Mom, Dad. Aku dimana sekarang? Kenapa aku begitu bodoh. Aku
harus bagaimana?”, aku merosot dan menangis sejadinya. Kudekap lututku erat.
Aku beanr-benar takut. Tak berapa lama, untunglah ada satu orang lagi yang
turun di halte ini. Aku mendongak dan melihat seorang namja yang tengah
bersandar di tiang. Kuhapus airmataku. Dia mengenakan masker dan kacamata
hitam. Namja ini aneh sekali. Kenapa di malam seperti ini malah pakai kacamata
hitam. Namja itu juga balik menatapku. Sudahlah, lebih baik aku menanyakan
alamat apartemenku padanya.
“Jeogiyo. Apakah anda tau alamat ini.”, aku menyodorkan sebuah
kertas padanya.
‘Guluduk guluduk taarrrr’ (petir ceritanya)
“Kyaaaaaa.”, aku berteriak kencang. Kututup telingaku.
Bayangan peristiwa masa kecilku saat aku terjebak di rumah tua kembali terkuak
di ingatanku. Saat aku terjebak di rumah tua di tengah badai, sendirian.
“Yaa agasshi, gwaencahana.”, dia menggoyang tubuhku. Airmataku sudah meluncur bebas
karena ketakutanku.
‘Guluduk duluduk tar taaarr’
“Please, stop it. Kyaaaa”, aku mendekap lutuku erat.
“Agasshi.”, kembali dia menggocang tubuhku. Aku menatapnya.
“Jebal, tolonglah aku. Save me.”, kucekal erat tangannya.
Aku merasa sangat pusing. Pandanganku semakin memudar. Dia semakin menghilang.
0o0
Donghae POV
Setelah berkeliling sekitar satu jam lebih, bus kembali di
halte semula. Apa aku harus pulang sekarang. Hmmh, sebaiknya nanti saja.
Kusandarkan tubuhku di tiang dekat tempat duduk halte. Kulirik jam tanganku.
23.14 KST. Ah, biar saja monyet itu kelabakan mencariku. Sekarang sudah larut.
Hanya ada aku dan seorang yeoja bule di sini. BULE???? Aku menatapnya takjub.
Rambutnya lurus dan agak panjang, dan
warnanya blonde. Aigoo~apa itu benar-benar asli blonde. Lalu kenapa dia seperti
ketakutan. Wajahnya pucat. Matanya sembab. Dia juga memperhatikanku. Pandangan
kami bertemu. Dia menghampiriku.
“Jeogiyo. Apakah anda tau alamat ini.”, dia menyodorkan
kertasnya padaku. Aku menerimanya.
‘Guluduk guluduk taarrrr’
“Kyaaaaaa.”, aku kaget karena teriakannya. Dia duduk merosot
dan menutup telinganya. Tubuhnya bergetar hebat. Sepertinya dia sangat
ketakutan. Hujan mulai turun dengan deras. Aish. Kenapa aku harus terjebak.
Kudekati yeoja tadi. Kugoyang tubuhnya untuk mmastikan dia baik-baik saja.
“Yaa agasshi, gwaencahana.”,
aku benar-benar cemas sekarang. Bagaimanapun tinggal aku dan dia di
sini. Aku tak mau disangka jahat.
‘Guluduk duluduk tar taaarr’
“Please, stop it. Kyaaaa”, dia kembali mendekap erat
tubuhnya. Tubuhnya bergetar hebat.
“Agasshi.”, aku mengguncang tubuhnya kemabli. Dia menatapku.
OMO, wajahnya pucat sekali.
“Jebal, tolonglah aku. Save me.”, kata-katanya bergetar.
Petir masih bersahut-sahutan.
‘Bruukk’
Aku kaget saat tiba-tiba tubuhnya menimpaku. Rupanya dia
pingsan. Dan... waaaaaa kenapa dia terjatuh dengan bibir tepat di atas bibirku.
Buru-buru kudorong tubuhnya. Dia terkulai di tanah. Jantungku berpacu tak
karuan. Aigoo~ ada apa denganku. Aku menatap yeoaj tadi. Kasian sekali dia.
Tubuhnya sangat dingin. Dia bagai mandi keringat. Kuraih kepalanya.
“Yaa, agasshi. Gwaenchana? Ireona....”, kugoncang tubuhnya.
Tapi dia tetap tak merespon. Aku merogoh saku celanaku, mencoba mencari benda
kotak mungil. Andweee, ponselku tertinggal. Aish. Akhirnya kuangkat tubuhnya
dan kubaringkan tubuhnya di tempat duduk halte bus. Aku berlari menerobos hujan
untuk mencari taksi. Setelah sekian lama menunggu dan mencari, aku menemukan
satu taksi. Buru-buru aku naik taksi itu dan menjemput yeoja tadi. Tak
kupedulikan tubuhku yang basah kuyup. Aku meminta supir taksi mengantar kami di
alamat di kertas tadi. Kuambil tas yeoja tadi dan kuambil kuncinya.
Tak berapa lama kami sampai di
sebuah apartemen. Kucari ruangan dengan nomor 122 di lantai 8. Aish, yeoja ini
berat sekali. Dengan masih menggendongna, kubuka pintu dengan kuncinya. Aku
buru-buru membaringkan dia di salah satu kamar. Baju yeoja itu sedikit basah
karena terkena bajuku. Aku beranjak berdiri. Tapi aku kembali menoleh. Kasian
sekali yeoja itu. Bajunya basah, padahal dia sedang pingsan. Atau aku gantikan
saja. Yak, andwe. Aku tak bisa. Atau kupanggil tetangga apartemennya saja.
Andwe !!! Kalau mereka tau aku di sini,
ini akan menjadi gossip yang tidak sedap. Eotteohke... huh. Perlahan aku
mendekati yeoja yang tengah menutup matanya itu. Tanganku terulur untuk membuka
kancingnya. Jantungku melompat-lompat tak karuan.
“ANDWE !!!”, aku berteriak. Aku
mondar-mandir karena frustasi.
“Eunghh”, aku tersentak saat yeoja
tadi mengerang pelan. Kudekati dia. Demam? Kenapa badannya panas. Aigoo~ yeoja
ini sungguh merepotkanku saja. Kuputuskan mencari es di lemari pendingin.
Kukompres dahinya. Bangunlah yeoja jelek.
“Hacchiiiuu.”, kugosok hidungku.
Aish, dingin sekali. Bajuku benar-benar basah. Tapi aku tak punya baju ganti.
Huh.
“Moomm.”, yeoja itu kembali
mengerang. Tubuhnya menggigil. Aigoo ~ dia kasian sekali. Mianhae agasshi. Aku
harus mengganti bajumu, kalau tidak kau bisa masuk angin.
Aku mencari piyama di lemarinya.
Ketemu. Aku menggigit bibirku ragu.
“Ya Tuhan, kuatkan aku.”, aku
berdoa sebentar. Akhirnya dengan tangan bergetar, aku membuka kaos berlengan pendeknya
dengan wajahku melengok ke samping. Kututup mataku. Kulempar kaosnya
sembarangan. Dengan masih menutup mata, aku meraih tangannya. Kumasukkan tangan
yeoja tadi di lengan piyama. Berhasil, kedua tangan sudah masuk. Sekarang
tinggal mengancingkan buah bajunya. Aku melirik sebentar untuk memastikan letak
kancingnya.
‘Glek’
Aku harus tahan. Buru-buru kututup
kembali mataku. Dan dengan hati-hati aku mulai menggabung kancingnya. Finish.
Fiuhh... sekarang tinggal, errr celana piyamanya.
“Arrrggghh.”, kulempar celana
piyamanya. Biar saja celananya basah. Aku tak mau menggantikannya. Aku
buru-buru keluar dari kamarnya setelah menyelimuti tubuhnya dan mengompresnya.
Kubaringkan tubuhku di sofa. Jika di dalam kamar itu terus, aku takut aku tak
sanggup menahan gejolakku. Bagaimanapun juga aku ini normal. Apalagi di udara
sangat dingin. Aish, sial sekali aku. Aku meringkukkan badanku agar terasa
lebih hangat. Kepalaku terasa berat.
“Hacchiiiuuu....”, aku bersin
kembali. Aish, dasar yeoja sial. Huh. Kulirik jam tanganku. 02.30 KST. Aigoo~
ini sudah sangat larut. Pasti teuki hyung marah. Besok pagi-pagi kan kita ada
jadwal. Dan sebelumnya harus latihan dulu. Lebih baik aku pulang sekarang. Aku
melangkah hendak keluar apartemen ini. Tapi aku menoleh kembali. Kucari kertas
dan pulpen di sekitar ruangan itu. Dengan segera kutulis baris pesan untuk
yeoja tadi. Entah kenapa aku khawatir padanya.
“Haaciiiuuuu.. uhuk uhuk.”,
kembali aku bersin dan batuk. Dingin.
0o0
Author POV
Di salah satu apartemen, terlihat
beberapa namja yang tengah sibuk mencari saudara mereka yang beberapa jam lalu
menghilang. Hari telah hampir pagi. Waktu menunjukkan pukul 02.51 KST. Hampir
pagi. Padahal mereka merencanakan latihan pukul 04.00 KST karena pukul 06.00
KST nanti mereka akan mulai pengambilan gambar untuk acara pagi. Terlihat dua
orang masuk ke dorm.
“Hyung, dia belum pulang?”, tanya Kyuhyun
yang baru datang dengan sungmin.
“Belum. Apa di luar tidak ada?”,
tanya leader mereka.
“Tidak ada hyung. Aku sudah
mencari ke tempat-tempat yang biasa dia datangi. Tapi dia tak ada.”, kata
sungmin.
“Hyuuungg... bagaimana kalau
terjadi apa-apa dengan Hae. Aku yang salah karena mengacuhkannya. Bagaimana
kalau dia di culik. Tadi malam juga hujan sangat deras. Donghae kan tidak tahan
dingin hyung (anggap aja begitu ya,hehehe). Etteohke hyung.”, Eunhyuk berkata
dengan airmata membanjir. Yesung memeluk Eunhyuk untung menenangkannya.
“Haacciiuuu.... uhuk uhuk uhuk.”
Sebuah suara mengagetkan namja
yang tengah berkumpul itu. Donghae muncul dengan tubuh menggigil dan wajah
memerah.
“Hae ah.....”, Eunhyuk berlari
menghampiri Donghae dan memeluknya. “Gwaenchana?”
Donghae tak menjawab. Dia terus
berjalan ke kamarnya. Tapi kemudian dia menoleh sebentar.
“Hyung, aku ingin istirahat
sebentar. Bangunkan aku jika kalian akan berlatih.”, kata Donghae lemas.
Ditutupnya kamar tempat dia berbagi dengan Eeteuk. Semua hanya bisa memandang
cemas.
-------------
Waktu telah menunjukkan 04.30 KST.
Sejumlah namja tengah berkumpul bersama dengan lembaran kertas di tangan
masing-masing.
“Hyung, apakah Donghae tidak
apa-apa tidak latihan bersama kita?”, tanya namja berbadan gempal itu. Namja
yang memimpin mereka, menoleh pada salah satu kamar.
“Ani, biar dia latihan nanti di
backstage. Sepertinya keadaannya tidak baik-baik saja shindong ah.”, kata namja
bernama Eeteuk itu.
Mereka kembali meneruskan kegiatan
masing-masing.
“Hyyuunnngg... Arrgghh.”
Mereka tersentak dengan erangan di
kamar depan mereka. Sontak semua berdiri menghampiri kamar itu. Terlihat di
dalam kamar, seorang namja tengah tergolek lemah dengan wajah pucat. Tubuhnya
menggigil di balik selimut. Keringatnya membanjir. Matanya terpejam dan giginya
gemeletuk.
“Donghae ah, gwaenchana?”, tanya Eeteuk
cemas. Disentuhnya dahi Donghae.
“Ya Tuhan, badannya panas sekali.
Kyu, cepat ambil kompres. Sungmin, ambilkan handuk. Ryeowookie, buatkan bubur. Yesung
ah, ambilkan thermometer dan paracetamol.”,
dengan sigap leader mereka memberi aba-aba. Mereka menurut, bahkan
magnae mereka yang biasanya tak terima disuruh, kali ini tak ada protes dari
mulutnya.
Kyuhyun kembali membawa kompres.
Tangan Eeteuk dengan cepat mengompres dahi Donghae. Sedang sungmin mengelap
keringat yang keluar. Mereka sangat cemas. Eunhyuk yang dikenal dekat dengan Donghae,
hanya menangis dan menggenggam tangan Donghae yang dingin. Dia merasa sangat
bersalah.
“Hyung, ini buburnya.”, kata Ryeowook
seraya memberikan semangkok bubur pada Eeteuk.
“Ne, Wookie ah.”, kata Eeteuk. “Donghae
ah, bangunlah sebentar. Makanlah buburmu dan minum obat agar kau lekas sembuh.”
Dengan masih setengah sadar, dan
dibantu member lain, Donghae memakan bubur buatan Wookie.
“Hyung, apa Hyemi kusuruh kesini
saja?”, usul sungmin.
“Kau tak keberatan?”, Eeteuk
memandang dongsaengnya.
“Aku yakin Hye Mi bisa membantu.”,
kata sungmin yakin. Yeojachingunya memang seorang dokter.
“Hyung, ini thermometer dan
paracetamolnya.”, kata Yesung tiba-tiba.
“Gomawo Yesung ah, tapi kita
tunggu Hye Mi saja.”, kata Eeteuk. Tak berapa lama sungmin keluar dorm untuk
menjemput yeojachingunya.
>Wuaaaa kebayang gak gimana cara
merawatnya? Author juga pengen. 0,0
>.<
0o0
Jully POV
Silau. Kubuka mataku. Kepalaku
pening. Aku bergegas bangun. Ternyata sudah pagi. Syukurlah hujannya sudah
berhenti.
‘Pluk’
Sebuah kain agak basah jatuh dari
dahiku. Kompres? Aku mengerling bingung. Mataku tertuju pada baju dan celana
piyama di lantai. Jamkkamman, bukankah aku tadi malam tersesat di halte bus.
Dan di situ ada seorang namja. NAMJA?????? Aku melihat diriku telah berganti
dengan piyama. MWO?????? Kusingkap selimutku. Syukurlah masih lengkap. Tapi...
apakah tadi malam tidak terjadi apa-apa.
Sontak aku meloncat dari
ranjangku. Aku berlari keluar kamar. Siapa tau namja tadi malam masih di sini.
Kulongok dapur, 2 kamar yang lain, ruang kerjaku, dan ruangan lainnya. Nihil.
Aku melangkah lesu ke ruang tamu. Mataku tertuju pada secarik kertas di atas
meja. Kertas apa itu?
“Agasshi. Aku namja yang bersamamu di halte tadi malam. Apa kau sudah
sadar? Bagaimana keadaanmu? Aku takut melihat wajah pucatmu tadi malam. Jika
kau sudah sadar, hubungi aku di 08131122****.”
Aku menyandarkan tubuhku di sofa.
Aku benar-benar lemas sekarang. Bagaimana kalau tadi malam dia menjamahku?
Bagaimana kalau dia yang menggantikanku baju. Bergegas kuambil ponselku dan
kudial nomor tadi.
‘Tuutt tuuutt tuutt’
“Yeoboseyo”
Dia benar namja. Dengan ragu aku
menjawab salamnya.
“Ne, yeoboseyo.”
”Nuguseyo”
Aku menghela napas sebentar.
“Aku yeoja yang tadi malam di
halte.”
“Aaah, agasshi. Eotteohke? Gwaenchana?”
“Nan gwaenchaseumnida. Errr, aku
ingin bertanya. Err, apa kau yang mengganti bajuku?”, dengan berat aku
bertanya.
“Ne, waeyo?”
‘Deg’
“MWOO???? Yak namja mesum. Gila.
Bagaimana bisa kau berbuat begitu padaku hah? Dimana sopan santunmu?”
“Yaikh, jangan berteriak. Kau hampir memecahkan gendang telingaku. Aku
tak menyentuhmu. Bahkan tanganku terlalu sayang untuk menyentuh tubuhmu yang
jelek itu.”
”Mwo??? Yaa, kau harusnya minta maaf
karena sudah melihat tubuhku tanpa ijin.”
Aku benar-benar malu. Bagaimana
aku bisa lengah.
“Yaa blonde jelek. Kau harusnya berterimakasih padaku. Aku tadi malam
rela kehujanan untuk mengantarmu yang pingsan ke apartemenmu. Kau sungguh
berat. Kau sungguh menyusahkanku saja. Bahkan aku sekarang terpaksa tak kerja
karena sakit. Huh. Aku tak mengharapkan terimakasih darimu. Aku hanya
mencemaskan keadaanmu.”
‘Deg’
Aku teringat, tadi aku terbangun
dengan kompres di dahiku. Apa aku benar-benar demam. Aish, aku menjadi malu.
“Gureom, jeongmal gamsahamnida.
Berikan alamat rumahmu. Aku akan merawatmu.”, kataku setelah terdiam cukup
lama.
“Di bla bla bla. Kau akan kesini?”
“Ne, annyeong.”
Kututup ponselku. Aku bergegas
bersiap untuk ke rumahnya.
0o0
Donghae POV
Aku mengerjapkan mataku. Kepalaku
rasanya masih sedikit pusing. Tapi aku merasa lebih segar sekarang. Kutatap jam
di samping ranjangku. 06.13 KST. Rupanya sudah pagi. Kenapa dorm sepi sekali?
Ah mungkin mereka sedang latihan.
Haus sekali rasanya. Aku bergegas
menuju lemari es untuk mengambil air minum. Belum sempat aku membuka pintu
lemari es, pandanganku tertumpu pada secarik note di pintu lemari es.
“Donghae ah, kau ingat kan hari ini ada jadwal pagi. Karena kamu sakit,
kami meninggalkanmu. Istirahatlah. Manajer hyung sudah mengijinkanmu istirahat
di dorm.
Angel1004^^”
Yaikh, aku ditinggal sendirian.
Aish.
“Oh nan~
Geu nooga nooga mweorado naneun
sanggwan eobdago
Geu nooga nooga yokhaedo neoman
barabondago”
Ponselku bordering saat sebuah nomor tak dikenal masuk.
“Yeoboseyo”
“Ne, yeoboseyo.”
”Nuguseyo?”
“Aku yeoja yang tadi malam di halte.” Ah jadi dia yeoja bule itu.
Kukira siapa.
“Aaah, agasshi. Eotteohke?
Gwaenchana?”
“Nan gwaenchaseumnida.
Errr, aku ingin bertanya. Err, apa kau yang mengganti bajuku?”,
‘Deg’
Aish, benar kan. Dia pasti akan menanyakan ini. Aish, Donghae
pabo. Harus kujawab apa.
“Ne, waeyo?”
“MWOO???? Yak namja
mesum. Gila. Bagaimana bisa kau berbuat begitu padaku hah? Dimana sopan
santunmu?”
Yaa yaa yaa, kenapa dia malah marah-marah padaku. Bukankah
harusnya dia berterimakasih karena aku sudah menolongnya.
“Yaikh,
jangan berteriak. Kau hampir memecahkan gendang telingaku. Aku tak menyentuhmu.
Bahkan
tanganku terlalu sayang untuk menyentuh tubuhmu yang jelek itu.”
Kataku berusaha untuk dingin meski aslinya aku gugup. Sungguh suatu
keajaiban tadi malam tak terjadi apa-apa mengingat aku telah terkontaminasi
virus monyet jelek itu #PLAK#.
”Mwo??? Yaa, kau harusnya minta maaf karena sudah melihat tubuhku tanpa
ijin.”
Aish, tetap saja dia marah. Dasar.
“Yaa blonde jelek. Kau harusnya
berterimakasih padaku. Aku tadi malam rela kehujanan untuk
mengantarmu yang pingsan ke apartemenmu. Kau
sungguh berat. Kau sungguh menyusahkanku saja.
Bahkan aku sekarang terpaksa tak kerja
karena sakit. Huh. Aku tak mengharapkan terimakasih darimu.
Aku hanya mencemaskan
keadaanmu.”
Dia terdiam sejenak. Sebenarnya apa yang dipikirkannya?
“Gureom, jeongmal gamsahamnida. Berikan
alamat rumahmu. Aku akan merawatmu.”
Mengapa dia
tanya alamat rumahku? Apa dia mau kesini? Boleh tidak ya.
“Di bla bla bla. Kau akan kesini?”
Akhirnya kuberitahukan alamat dorm
ini. Yah, kali saja dia bisa membunuh kesepianku karena di dorm sendiri.
“Ne, annyeong.”
Dia menutup telponnya. Huummh, tampaknya aku harus membersihkan dorm
ini agar terlihat rapi. Aish, kenapa kunyuk jelek #dibakarJeWels# itu tak
menularkan virus kerapiannya padaku. Huh.
---------------
‘Ting Tong’ >anggap aja bunyi
bel.
Aku buru-buru melihat ke layar
kecil yang memperlihatkan siapa yang ada di luar. Saat tahu yang datang adalah
yeoja bule, segera kubuka pintunya.
“Annyeong.”, sapaku ramah.
Dia menundukkan kepalanya.
Wajahnya memerah. Aigoo~ apa dia masih malu? Aish, aku jadi tak enak.
“Ne, annyeong.”, katanya masih
tetap menunduk. “Apakah kau masih sakit?”
Dengan malu-malu, dia mengangkat
dagunya.
“Aku sudah baikan sekarang,
masuklah.”, aku mengajaknya masuk dan duduk di sofa.
“Kau tinggal sendiri?”, tanyanya
seraya mengamati keadaan sekitar. “Tapi sepertinya tidak.”
Yeoja itu menunjuk deretan sepatu
yang tertata rapi.
“Ne, aku memang tak sendiri. Aku
bersama hyungdeulku. Apa kau tak mengenalku?”, jangan bilang dia tidak tau
kami. Dia tampak mengeryitkan dahi.
“Apakah kita pernah saling
mengenal?”, dia tampak bingung. Aku menghela napas kecewa. Entah kenapa aku
lebih kecewa saat tahu ada yang tak mengenal kami daripada saat aku tahu Jeo
Rim nuna adalah antis.
“Ani. Ehm, kamu bukan orang Korea?”,
tanyaku padanya.
“Kau tak mengenalku? Aku memang
bukan orang Korea. Aku dari Inggris. Baru 3 hari ini aku di Korea. Dan kamu
teman Korea pertamaku.”, dia tersenyum manis. Apa maksudnya aku tak
mengenalnya? Tentu saja aku tak tahu dia.
“Namamu siapa?”, kutanya namanya yang
membuatku penasaran.
“Jully imnida. Jully Coward.
Neon?”, dia berbalik menanyaiku.
“Donghae. Lee Dong Hae. Tunggu
sebentar, akan kuambilkan minum.”, aku beranjak ke dapur untuk membuatkannya
minuman. Saat aku kembali dengan segelas minuman, dia nampak sedang mengamati
miniature Super Junior hadiah dari ELFINA.
‘Meoooww’
Tiba-tiba Heebum, kucing Heechul
hyung berlari keluar kamar dan menabrak Jully.
“Kyaaaaaa.”, Jully berteriak keras
dan berlari ke arahku.
‘Brukk, grompyang’
‘Deg’
Apa-apaan ini. Gelas serta nampan
yang kubawa jatuh. Tubuh Jully jatuh tepat di atasku. Kami saling terpaku
karena kaget. Pandangan mata kami saling menghunus. Aigoo~ aku kerasukan setan
apa. Kembali bayangan Jully tadi malam terlintas. Aku mendekatkan wajahku dan
terus memperpendek jarak antar kami. Kututup mataku saat kurasa deru napasku
menerpa pipinya.
TBC
Next Preview :
~ “Kau Super Junior ya?”
~ “Oke, aku berani taruhan. Aku
akan mengalahkanmu hyung.”
~ “Mianhae oppa, aku menyukai
hyungmu.”
~ “Jully ah, saranghae.”
~ “Kau membuatku gila oppa.”
~ “Dia hanya 1 bulan di Korea.”
~ “Aku akan kembali. Aku akan
membatalkan kontrak.”
0o0
Fiuuh.... benar-benar capek.
Akhir-akhir ini saya disibukkan dengan beberapa FF.RCL Don't Forget
Tidak ada komentar:
Posting Komentar