Title : I
Won't Hurt You If I Can
Author : Santi Aprilliani
Genre : Romantic, Family, Friendship.
Rating : PG 13
Cast : Choi Si Won
Park Hae Woon (Fiktif)
Park Yun Woo (Fiktif)
Other SuJu member and Couple
Disclaimer : All Super Junior member adalah milik Tuhan. Mereka kebanggaan ELF. Tapi Yesung hanya milikku !!! #Plak#
Author : Santi Aprilliani
Genre : Romantic, Family, Friendship.
Rating : PG 13
Cast : Choi Si Won
Park Hae Woon (Fiktif)
Park Yun Woo (Fiktif)
Other SuJu member and Couple
Disclaimer : All Super Junior member adalah milik Tuhan. Mereka kebanggaan ELF. Tapi Yesung hanya milikku !!! #Plak#
*************
Part 1
---------------
Siwon POV
Aku melangkah ke arah bangku penonton dengan penyamaran super. Aish, kalo saja tadi manajer hyung tak memintaku untuk menjadi guest star di mini concert Super Junior KRY ini, aku tak mau datang. Aku hanya ingin istirahat !!! Aish. Aku duduk di antara sekian yeoja yang terus berteriak-teriak. Aigoo~ Apa mereka tak takut kehilangan suara? Kuperhatikan setiap lekuk wajah yeoja disampingku. Yeoja ini aneh sekali. Kenapa dia tak meneriakkan nama biasnya seperti yang lain? Dia terlihat menikmati lagunya. Namun pandangannya tak beralih sedikitpun. Aku mencoba menerka apa yang dia lihat. Tapi aku malah kebingungan.
Aku melangkah ke arah bangku penonton dengan penyamaran super. Aish, kalo saja tadi manajer hyung tak memintaku untuk menjadi guest star di mini concert Super Junior KRY ini, aku tak mau datang. Aku hanya ingin istirahat !!! Aish. Aku duduk di antara sekian yeoja yang terus berteriak-teriak. Aigoo~ Apa mereka tak takut kehilangan suara? Kuperhatikan setiap lekuk wajah yeoja disampingku. Yeoja ini aneh sekali. Kenapa dia tak meneriakkan nama biasnya seperti yang lain? Dia terlihat menikmati lagunya. Namun pandangannya tak beralih sedikitpun. Aku mencoba menerka apa yang dia lihat. Tapi aku malah kebingungan.
Ada sms masuk dari manajer Han.
'Saatnya kau menyanyi, saat reff memories nyanyilah sambil
berjalan menuju panggung'
Kumasukkan ponselku. Kutatap yeoja disampingku tadi. Dia pasti akan terkejut. Kulihat hyung
Kumasukkan ponselku. Kutatap yeoja disampingku tadi. Dia pasti akan terkejut. Kulihat hyung
dan
dongsaengku sudah mulai bernyanyi.
“Saranghae tjanha uri hamkkehan manheun nal
dongan
hamkke apahaetjanha seoroui irin juldo moreugo
hamkke apahaetjanha seoroui irin juldo moreugo
neon eodi inneun geoni naui moksori
deullijil annni
apeun nae simjangi neoreul chatneunda neoreul bureunda michidorok”
apeun nae simjangi neoreul chatneunda neoreul bureunda michidorok”
Aku melepas
atributku dan berdiri.
“Gaseumi nunmuri tto neoui gieogi
han bangul han bangul tto nae gaseume heulleo naerinda
ureodo ureodo jiwojiji annneun gieogeul ttara
oneuldo bin nae gaseumeul tto jeoksinda”
Aku bernyanyi seraya menuju panggung.
Ku lirik
yeoja tadi. Mwo??? Aish, kenapa dia tak melirik ataupun kaget? Sebenarnya apa
yang dilihatnya. Aku kesal. Aku curiga, jangan-jangan dia adalah patung yang
nyasar di konser ini.
-------------
Konser telah usai. Aku masih kepikiran dengan yeoja patung super aneh tadi. Disaat semua berteriak memanggil namaku, dia tetap diam sodara-sodara #heleh,lebeh lo#. Aku melongok ke bangku penonton. Sepi sekali, kemana semua orang yang berteriak tadi ya? Aish, konser usai jadi terasa
sepi.
Chakkaman, yeoja patung tadi masih duduk manis ditempatnya. Dia terlihat sedang
menelpon seseorang. Aigoo~ apa dia tak takut sendirian di sini? Kuhampiri yeoja
tadi. Kau beruntung yeoja patung, seorang Choi Siwon mendatangimu #Plak, narsis
lu bang#.
"Agassi,
konser telah usai, kenapa kau masih di sini?", kutatap lekat dia yang
masih saja memandang lurus ke depan.
"Aaa
mianhae tuan. Apakah gedungnya akan ditutup? Aku masih menunggu dongsaengku
yang akan menjemputku. Bolehkah aku menunggu di sini?", dia membungkukkan
badannya ke depan. Loh?? Kenapa dia tak membungkukkan badannya padaku? Apa dia
tak tau aku siapa. Bahkan memandangku pun tidak. Aishh.
"Agassi, aku di sampingmu. Kau membungkuk pada siapa.", kataku.
"Agassi, aku di sampingmu. Kau membungkuk pada siapa.", kataku.
Dia hanya
tersenyum.
"Mianhae tuan. Aku tak bisa melihatmu.", kata yeoja aneh ini.
"Apa kau bercanda? Di tempat terang dan tanpa penghalang seperti ini kau tak bisa melihatku? Kau jangan bercanda, aishh.", Aku menatapnya kesal. Dia tak kunjung menoleh padaku. Dia kembali tersenyum manis.
"Mianhae tuan. Aku benar-benar tak bisa melihat. Aku buta.", kata yeoja aneh tadi.
"Mianhae tuan. Aku tak bisa melihatmu.", kata yeoja aneh ini.
"Apa kau bercanda? Di tempat terang dan tanpa penghalang seperti ini kau tak bisa melihatku? Kau jangan bercanda, aishh.", Aku menatapnya kesal. Dia tak kunjung menoleh padaku. Dia kembali tersenyum manis.
"Mianhae tuan. Aku benar-benar tak bisa melihat. Aku buta.", kata yeoja aneh tadi.
‘JDAARR’
Aku membeku
di tempatku. Seketika rasa bersalah menyeruak di hatiku. Aku menyesal
menuduhnya
yang
aneh-aneh.
"Mianhae. Aku tak tau.", suaraku terdengar parau.
"Gwaenchana tuan.", dia kembali tersenyum. OMO, dia mudah sekali tersenyum.
"Kau tak pulang agassi? Sebentar lagi gedung ini akan ditutup untuk dibersihkan.", kataku seraya
"Mianhae. Aku tak tau.", suaraku terdengar parau.
"Gwaenchana tuan.", dia kembali tersenyum. OMO, dia mudah sekali tersenyum.
"Kau tak pulang agassi? Sebentar lagi gedung ini akan ditutup untuk dibersihkan.", kataku seraya
duduk di
sampingnya.
"Jeongmal? Eotteohke, dongsaengku belum menjemputku.", dia terlihat bingung.
"Bagaimana kalau ku antar saja?", kataku. yah itung-itung untuk menebus rasa tak enakku tadi. Dia terlihat berpikir keras.
"Kau tak akan menculikku kan?", katanya polos yang ingin membuatku tertawa.
"Hahaha, tentu saja tidak. Baiklah, ayo kuantar.", aku berdiri dan menarik tangannya. Kugandeng yeoja itu, tentu saja dengan penyamaranku yang super complete. Kuajak dia masuk ke mobilku. Bergegas kuinjak gas menuju alamat yang dia katakan. Di sepanjang jalan kami bercerita tentang Super Junior.
"Jeongmal? Eotteohke, dongsaengku belum menjemputku.", dia terlihat bingung.
"Bagaimana kalau ku antar saja?", kataku. yah itung-itung untuk menebus rasa tak enakku tadi. Dia terlihat berpikir keras.
"Kau tak akan menculikku kan?", katanya polos yang ingin membuatku tertawa.
"Hahaha, tentu saja tidak. Baiklah, ayo kuantar.", aku berdiri dan menarik tangannya. Kugandeng yeoja itu, tentu saja dengan penyamaranku yang super complete. Kuajak dia masuk ke mobilku. Bergegas kuinjak gas menuju alamat yang dia katakan. Di sepanjang jalan kami bercerita tentang Super Junior.
Akhirnya
sampailah kami di sebuah rumah minimalis yang cantik. Aku membantunya turun.
Dengan bantuan tongkatnya, dia berjalan mendekati pintu. Dia membuka pintu
rumahnya.
"Kajja, masuklah.", katanya sambil menoleh ke belakang.
"Ne"
"Kajja, masuklah.", katanya sambil menoleh ke belakang.
"Ne"
Kami duduk
di sofa.
"Agassi, siapa namamu?", tanyaku.
"Nan Park Hae Woon imnida. Neon?", katanya sambil tersenyum lagi.
"Agassi, siapa namamu?", tanyaku.
"Nan Park Hae Woon imnida. Neon?", katanya sambil tersenyum lagi.
"Nan
Choi Siwon imnida.", aku meraih tangannya untuk berjabat tangan. Dia
tertegun. OMO, apa dia tau aku member Super Junior? Sesaat kemudian dia
tersenyum.
"Waeyo Hae Woon-ssi?", kataku heran.
"Aniyo, ku kira kau Siwon Super Junior. Tapi mana mungkin. Siwon oppa pasti sangat sibuk.", katanya. =='a Apakah aku benar-benar orang sibuk.
"Ah ye", aku hanya mengiyakan perkataannya. OMO, dia manis sekali kalau tersenyum.
0o0
Park Hae Woon POV
"Nan Choi Siwon imnida.", jawab namja baik hati itu. Aku kaget. Siwon? Apa mungkin Siwon Super Junior? Aisshh ngaco sekali aku. Mana mungkin.
"Waeyo Hae Woon-ssi?", hahaha, pasti dia menganggapku tak waras karena aku senyum-senyum sendiri.
"Aniyo. Kukira kau Siwon Super Junior. Tapi mana mungkin, Siwon oppa pasti sangat sibuk.", kataku sambil tertawa.
"Ah ye.", dia mengiyakan kata-kataku.
"Waeyo Hae Woon-ssi?", kataku heran.
"Aniyo, ku kira kau Siwon Super Junior. Tapi mana mungkin. Siwon oppa pasti sangat sibuk.", katanya. =='a Apakah aku benar-benar orang sibuk.
"Ah ye", aku hanya mengiyakan perkataannya. OMO, dia manis sekali kalau tersenyum.
0o0
Park Hae Woon POV
"Nan Choi Siwon imnida.", jawab namja baik hati itu. Aku kaget. Siwon? Apa mungkin Siwon Super Junior? Aisshh ngaco sekali aku. Mana mungkin.
"Waeyo Hae Woon-ssi?", hahaha, pasti dia menganggapku tak waras karena aku senyum-senyum sendiri.
"Aniyo. Kukira kau Siwon Super Junior. Tapi mana mungkin, Siwon oppa pasti sangat sibuk.", kataku sambil tertawa.
"Ah ye.", dia mengiyakan kata-kataku.
Tuh kan,
hampir aja aku kena malu.
'Drrrt drrt'
kurasakan ponsel disakuku berbunyi. Kuambil ponselku.
"Yeoboseyo"
"Nuna, kau dimana? Aish, aku hampir gila mencarimu."
Aah, rupanya namdongsaengku.
"Aku di rumah Yun Woo ah."
"Mwoo??? Bagaimana bisa? Gwaenchana?"
"Ne, gwaenchana. Cepatlah pulang."
"Aish, bukankah sudah kubilang untuk menungguku. Gurae, aku pulang sekarang"
'Tuuttt tuutt'
Aku hanya menggeleng pelan.
10 menit kemudian kudengar suara mobil berhenti di depan
rumahku.
'Klek'
"Nuna ! Gwaenchana? Kau tidak terluka kan? Siapa yang mengantarmu?", kurasakan tangan Yun Woo menyentuh pipiku.
"Gwaenchana Yun Woo ah. Siwon-ssi lah yang mengantarku pulang.", kataku sambil tersenyum.
"Goma..wo.. CHOI SIWON !!!", kudengar adikku berteriak kaget. Ada apa dengannya?
"Waeyo saeng?", tanyaku penasaran.
"Nuna, dihmmfffff", tiba-tiba suara dongsaengku tak jelas. Aku makin bingung.
"Hae Woon-ssi. Aku pinjam toiletnya sebentar, biar Yun Woo yang mengantarku.", kata namja baik hati itu. Kuanggukkan kepalaku. Kudengar langkah kaki mereka meninggalkanku.
0o0
'Klek'
"Nuna ! Gwaenchana? Kau tidak terluka kan? Siapa yang mengantarmu?", kurasakan tangan Yun Woo menyentuh pipiku.
"Gwaenchana Yun Woo ah. Siwon-ssi lah yang mengantarku pulang.", kataku sambil tersenyum.
"Goma..wo.. CHOI SIWON !!!", kudengar adikku berteriak kaget. Ada apa dengannya?
"Waeyo saeng?", tanyaku penasaran.
"Nuna, dihmmfffff", tiba-tiba suara dongsaengku tak jelas. Aku makin bingung.
"Hae Woon-ssi. Aku pinjam toiletnya sebentar, biar Yun Woo yang mengantarku.", kata namja baik hati itu. Kuanggukkan kepalaku. Kudengar langkah kaki mereka meninggalkanku.
0o0
Yun Woo POV
"Nuna.. Dihmmmfff", aku begtitu kaget melihat Siwon Super Junior nyasar dirumahku. Dia membekap mulutku.
"Nuna.. Dihmmmfff", aku begtitu kaget melihat Siwon Super Junior nyasar dirumahku. Dia membekap mulutku.
"Hae
Woon-ssi, bolehkah aku meminjam toiletmu? Biar Yun Woo yang mengantarku.",
kata namja tua(?) itu. Nunaku mengangguk mengiyakan. Namja tua itu menarikku
keluar rumah. Sampai di luar, dia melepas tangannya.
"Yaa, apa yang kau lakukan hah?", bentakku padanya.
"Mianhae Yun Woo ah, tapi jangan katakan padanya bahwa aku Siwon Super Junior. Jebal.", dia melepaskan tangannya yang membungkamku.
"Mwo? Waeyo?", tanyaku bingung.
"Aku ingin menjadi teman nunamu. Boleh kan?", dari matanya terpancar ketulusan.
"Kau yakin? Kau tau kan nunaku bukanlah yeoja sempurna. Mianhae Siwon-ssi, tapi kau
"Yaa, apa yang kau lakukan hah?", bentakku padanya.
"Mianhae Yun Woo ah, tapi jangan katakan padanya bahwa aku Siwon Super Junior. Jebal.", dia melepaskan tangannya yang membungkamku.
"Mwo? Waeyo?", tanyaku bingung.
"Aku ingin menjadi teman nunamu. Boleh kan?", dari matanya terpancar ketulusan.
"Kau yakin? Kau tau kan nunaku bukanlah yeoja sempurna. Mianhae Siwon-ssi, tapi kau
kan seorang
superstar. Kau benar-benar yakin mau berteman dengan nunaku?", kataku
ragu. Jujur aku tak ingin nunaku tersakiti.
"Aish, kau bicara apa? Bukankah aku sudah minta ijin padamu. Panggil aku hyung saja.", katanya sambil tersenyum. Aku mengangguk senang karena pada akhirnya, ada juga namja yang mau berteman dengan nunaku.
0o0
Siwon POV
"Aish, kau bicara apa? Bukankah aku sudah minta ijin padamu. Panggil aku hyung saja.", katanya sambil tersenyum. Aku mengangguk senang karena pada akhirnya, ada juga namja yang mau berteman dengan nunaku.
0o0
Siwon POV
Sudah
seminggu ini aku dekat dengan Hae Woon. Hampir setiap ada waktu bebas, aku akan
menemaninya jalan-jalan, karena aku tau, dia amat bosan. Seperti sekarang ini.
Aku mengajaknya ke taman dekat rumahnya, tempat kami biasa menghabiskan waktu
senggangku, yah seperti sekarang. Kuperhatikan wajah teduh Hae Woon. Aku tersenyum.
Entah kenapa hatiku selalu
berdetak tak
karuan tiap melihat senyumnya.
"Oppa, kenapa kau diam? Apa kau sedang ada masalah?", tanyanya sambil memalingkan wajahnya kepadaku.
"Aniya, aku hanya senang malam ini aku bisa menemanimu.", aku mengusap pipinya pelan. Dia
"Oppa, kenapa kau diam? Apa kau sedang ada masalah?", tanyanya sambil memalingkan wajahnya kepadaku.
"Aniya, aku hanya senang malam ini aku bisa menemanimu.", aku mengusap pipinya pelan. Dia
tersenyum.
Wajahnya merona merah. Aigoo~ Hae Woon ah !!! Hentikan senyummu !! Kau bisa
membuatku mati karena serangan jantung.
"Hae Woon ah. Bolehkah aku bertanya padamu?", kutatap lekat wajahnya.
"Ne oppa. Silahkan.", jawabnya.
Aku menghela napas.
"Hae Woon ah, apakah kau percaya pada takdir cinta? Apakah kau percaya bahwa ada seseorang yang ditakdirkan untuk melindungi kita? Menjaga kita? Menyayangi kita? Apakah kau percaya ada seseorang yang mau mengorbankan segala yang dimilikinya termasuk nyawanya hanya untuk melihat kita bahagia? Percayakah kau akan adanya cinta sejati?", kataku.
"Hae Woon ah. Bolehkah aku bertanya padamu?", kutatap lekat wajahnya.
"Ne oppa. Silahkan.", jawabnya.
Aku menghela napas.
"Hae Woon ah, apakah kau percaya pada takdir cinta? Apakah kau percaya bahwa ada seseorang yang ditakdirkan untuk melindungi kita? Menjaga kita? Menyayangi kita? Apakah kau percaya ada seseorang yang mau mengorbankan segala yang dimilikinya termasuk nyawanya hanya untuk melihat kita bahagia? Percayakah kau akan adanya cinta sejati?", kataku.
Apa yang
kukatakan ini tak pernah kupikirkan. Semua meluncur begitu saja. Aku kaget saat
Hae Woon meneteskan airmata.
"Yaa,
Hae Woon ah? Waeyo? Uljima.", aku mengusap airmatanya.
Aish, jangan-jangan aku menyinggung perasaannya. Eotteohke?
0o0
Hae Woon POV
Kurasakan airmataku mengalir.
"Yaa, Hae Woon ah? Waeyo? Uljima.", dia mengusap pipiku.
Perkataan Siwon oppa membuatku kembali mengingat luka yang begitu ingin kuhapus.
FLASHBACK
Hae Woon POV
Aku membuka mataku.
Hae Woon POV
Kurasakan airmataku mengalir.
"Yaa, Hae Woon ah? Waeyo? Uljima.", dia mengusap pipiku.
Perkataan Siwon oppa membuatku kembali mengingat luka yang begitu ingin kuhapus.
FLASHBACK
Hae Woon POV
Aku membuka mataku.
Aish, apa
mati lampu. Kurasakan tubuhku remuk. Sakit semua. Aku mengingat apa yang
terjadi. Aah, aku tadi tertabrak bus. Pantas saja. Samar-samar aku mendengar
suara orang bertengkar.
"Mwo?? Kau bilang apa? Kau akan meninggalkan nuna? Apa kau bosan hidup hah?", bukankah itu suara Yun Woo. Dimana mereka? Aish kenapa disini gelap sekali sih, huh. ==’a
"Memang apa hakmu untuk mencegahku hah? Memalukan aku harus terus bersama yeoja buta seperti dia.", itu bukankah suara Hyun Jin oppa?
"Mwo?? Kau bilang apa? Kau akan meninggalkan nuna? Apa kau bosan hidup hah?", bukankah itu suara Yun Woo. Dimana mereka? Aish kenapa disini gelap sekali sih, huh. ==’a
"Memang apa hakmu untuk mencegahku hah? Memalukan aku harus terus bersama yeoja buta seperti dia.", itu bukankah suara Hyun Jin oppa?
'BUUKK'
"Jaga mulutmu. Aku akan benar-benar membunuhmu.", Yun Woo !! Ada apa dengan dirinya?
"Ciih !! Buat apa aku terus bersama dengan nunamu yang buta itu. Cah, hanya membuatku malu saja.", mwo? Mereka ini kenapa. Siapa yang buta.
"Gureom, pergi kau jauh-jauh dari sini.
Nunaku tak butuh namja pengecut sepertimu.", aku hanya terdiam.
Perlahan aku mulai mengerti apa yang mereka bicarakan.
“ANDWEEEE !!!”
FLASHBACK OFF
Airmataku mengalir kembali saat mengingat luka
Perlahan aku mulai mengerti apa yang mereka bicarakan.
“ANDWEEEE !!!”
FLASHBACK OFF
Airmataku mengalir kembali saat mengingat luka
itu.
"Hae Woon ah, waeyo. Jebal. Mianhae. Aku tak bermaksud meyinggungmu.", nada suara Siwon oppa semakin lirih.
Ku usap airmataku.
"Gwaenchana oppa. Aku hanya ingin pulang sekarang.", aku berdiri dan melangkah dengan tongkatku.
"Hae Woon ah, waeyo. Jebal. Mianhae. Aku tak bermaksud meyinggungmu.", nada suara Siwon oppa semakin lirih.
Ku usap airmataku.
"Gwaenchana oppa. Aku hanya ingin pulang sekarang.", aku berdiri dan melangkah dengan tongkatku.
Kami
berjalan dalam diam. Sampailah kami di depan rumahku. Aku menengok padanya.
"Oppa, pulanglah. Aku ingin istirahat.", kataku pelan. Aku merasa tanganku ditarik dan sedetik kemudian aku merasaka sesuatu yang lembut menempel di bibirku.
"Oppa, pulanglah. Aku ingin istirahat.", kataku pelan. Aku merasa tanganku ditarik dan sedetik kemudian aku merasaka sesuatu yang lembut menempel di bibirku.
OMO !! Apa-apaan ini. Aku mencengkeram
baju Siwon oppa. Kurasakan hembusan hangat nafasnya yang menerpa wajahku.
Hatiku mendadak tak karuan. Jantungku berpacu cepat. Aigoo~ eotteohke? Kenapa dia begini lancang.
Tapi kenapa pula aku tak bisa menolak ciumannya, dan malah menikmatinya?
0o0
Siwon POV
Aku melihat ekspresi kagetnya. Aku sendiri tak tau apa yang kulakukan. Aku melepas ciumanku. Kudongakkan dagunya.
"Saranghae.", aku berbisik lirih padanya.
0o0
Siwon POV
Aku melihat ekspresi kagetnya. Aku sendiri tak tau apa yang kulakukan. Aku melepas ciumanku. Kudongakkan dagunya.
"Saranghae.", aku berbisik lirih padanya.
Kulihat
semburat merah muncul di wajahnya. Kembali aku mendekat padanya dan kucium
bibirya.
'Srat'
'BUGH BUGH'
0o0
Siwon POV
'Srat'
'Bugh Bugh'
Aku tersungkur di tanah. Kurasakan darah mengalir dari hidungku. Ngilu juga menjalar di sekitar mataku. Ige Mwoya?
'Srat'
'Bugh Bugh'
Aku tersungkur di tanah. Kurasakan darah mengalir dari hidungku. Ngilu juga menjalar di sekitar mataku. Ige Mwoya?
"Brengsek, apa yang akan kau lakukan pada nunaku hah?
Kau ingin mengambil kesempatan?", Yun Woo berkata dengan amarah yang
meluap. Aku berdiri dan memegang bahu Yun Woo.
"Yun Woo ah, bukan begitu. Aku hanya..."
'Bugh Bugh Bugh'
Pukulan kembali mendarat di perutku. Dia mengambil kerahku.
"Jangan kira karna kau artis, kau akan dengan mudah
mempermainkan kakakku.", dia menatapku tajam.
"Mianhae Yun Woo-ah, aku hanya ingin melindungi nunamu
sepenuhnya. Aku tak berpikir untuk menyakitinya. Mianhae.", kataku lirih.
"Yun Woo-ah apa yang kau lakukan?", kulihat Hae
Woon berusaha menjangkau kami dengan tongkatnya.
"Nuna !! Taukah siapa yang selama ini bersama nuna? Dia
adalah Choi Siwon Super Junior ! Hah, dia hanya akan menyakitimu..."
"Aku tak bermaksud begitu Yun Woo-ah.", kupotong
perkataan Yun Woo.
'Bugh Bugh'
Pukulan kembali mendarat di pelipisku. Aku merasa pusing
sesaat. Kepalaku berdenyut.
"Yun Woo !! Hentikan ! Siapa yang memintamu
memukulinya?", Hae Woon melempar tongkatnya dan dia jatuh terduduk.
"Tapi nuna, dia sudah membohongimu. Dia hanya akan
menyakitimu.", Yun Woo melepaskanku dan menghampiri Hae Woon. Aku hanya
diam menyaksikan mereka.
"Kau bodoh Yun Woo. Kenapa kau biarkan aku terjebak
dalam situasi ini? Nuna yakin, dengan matamu yang sempurna, kau sudah tau siapa
dia. Kau tau dari awal kan kalau dia Siwon Super Junior? Lalu kenapa kau tak
memberitahuku?", Hae Woon berkata dengan tenang.
"Itu karena... karena, aku..", Yun Woo terdiam.
"Lalu apa yang harus kulakukan sekarang Yun Woo ah. Kau
tau, nuna terlanjur berada di awan. Mengapa tak kau biarkan nuna membuka hati
nuna untuk namja lain?", aku tersentak dengan kata-kata Hae Woon. Yun Woo
diam. Dia berdiri.
"Aish jinja. aku bisa mati karna frustasi.", dia
berlalu meninggalkanku dan Hae Woon. Aku dan Hae Woon terdiam cukup lama.
"Hae Woon ah", aku mendekatinya. Kuberikan
tongkatnya.
"Pulanglah oppa. Ini sudah malam. Maaf atas perbuatan
namdongsaengku.", dia membalikkan tubuhnya dan meninggalkanku.
Aku menarik tangannya.
"Chakkaman, bagaimana denganku?", aku benar-benar
gugup menantikan jawabannya.
"Haruskah kujawab? Apa kau sudah tuli Siwon-ssi? Apa
kau tak mendengar apa yang kukatakan pada dongsaengku? Lagipula kau sudah
menciumku tanpa ijin. Kau masih juga ingin mendengarnya? Sudahlah, pulanglah
saja. Hyungmu pasti sudah mencarimu.", dia mendorong tubuhku.
"Hahaha. Baiklah, aku akan pulang. Tapi bolehkah aku
menciummu lagi?", kudekatkan wajahku.
'Brugh'
Dia mendorongku sampai aku terjatuh.
"Andwe, kau sudah melakukannya 2 kali malam ini.
Pulanglah.", dia memamerkan smirknya.
"Aish arra, aku akan pulang. Annyeong.", kukecup
kilat dahinya. Dia tersenyum.
Kulajukan mobilku menuju dorm. Aish tubuhku rasanya remuk
semua. Sesampainya di dorm, kulihat dorm lantai 12 sepi. Aish, mereka pasti
berkumpul di lantai 11. Bergegas aku menuju lantai 11. Benar saja, mereka
sedang latihan di dorm. Aish, kebiasaan.
"Omo, Siwon hyung, gwaenchana?", Ryeowook berlari
menghampiriku. Semua kaget melihatku datang -dengan babak belur-. Aku
merebahkan tubuhku di sofa. Rasanya tulangku patah semua. Kepalaku berdenyut.
Semua ribut merawatku.
"Aku jemput Hye Mi dulu.", kudengar Sungmin hyung
meninggalkan dorm. Aku hanya ingin tidur. Tak lama kemudian aku tertidur dan
terbagun saat merasakan tangan yang lembut menyentuh pelipisku. Kubuka mataku.
Owh Hye Mi nuna.
"Yaa, jangan menyentuhnya seperti itu.", samar
kulihat Sungmin hyung mencekal tangan Hye Mi nuna.
"Mwo?? Yaa, Lee Sung Min ! Siapa yang menyuruhku kesini
tadi? Kau itu masak sama dongsaeng sendiri cemburu. Kalau kau terus
menggangguku, lebih baik kita putus.", Hye Mi nuna menampakkan smirknya. Seketika
Sungmin hyung terdiam. Semua tertawa.
"Eungh", aku mengerang pelan.
"Yaa Siwon ah, gwaenchana? Apa yang terjadi padamu?
Siapa yang memukulimu?", seketika Eeteuk hyung memberondongku dengan
berbagai pertanyaan. Aku tersenyum lagi saat ingat kejadian tadi. Tak kusangka
Hae Woon membalas perasaanku. Aigoo~ jantungku berdetak cepat sekali.
"Yaa, kau ini sudah gila? Kenapa kau malah
senyam-senyum tak jelas.", kata Teuki hyung.
"Ania hyung.", buru-buru aku diam agar mereka tak
curiga.
0o0
Siwon POV
Aku memandang yeoja yang tengah makan ice cream strawbery di sampingku. Aigoo~ lihat mulutnya yang belepotan itu. Dia lucu sekali. Tak terasa aku telah bersama dengan Hae Woon sebulan ini. Tapi yang membuatku sedih, dia memintaku untuk merahasiakan hubungan ini. Jadilah hanya namdongsaengnya yang tau. Berulang kali aku membujuknya agar tak malu dengan fisiknya, tapi dia tetap keras kepala menolak membuka rahasia kami. Ah aku jadi ingin menggodanya.
0o0
Siwon POV
Aku memandang yeoja yang tengah makan ice cream strawbery di sampingku. Aigoo~ lihat mulutnya yang belepotan itu. Dia lucu sekali. Tak terasa aku telah bersama dengan Hae Woon sebulan ini. Tapi yang membuatku sedih, dia memintaku untuk merahasiakan hubungan ini. Jadilah hanya namdongsaengnya yang tau. Berulang kali aku membujuknya agar tak malu dengan fisiknya, tapi dia tetap keras kepala menolak membuka rahasia kami. Ah aku jadi ingin menggodanya.
"Aish jinja,
yeoja itu manis sekali. Omo lihatnya bibirnya. Ingin sekali aku menciumnya.
Aigoo~ kenapa jantungku berdetak cepat seperti ini.", Aku menyembunykan
tawaku. Dia menghentikan aktivitasnya. Kulihat wajahnya merah. Hahaha,kena kau
Hae Woon ah.
"Ehem.. Siwon-ssi.", dia menoleh padaku. Aku masih
memandanginya terus.
"Ssst, kau mengganggu saja. Omo, mulutnya belepotan
sekali. Bolehkah aku membersihkannya dengan mulutku. Aish, dia menggemaskan
sekali.", sambil berkata begitu aku terus memandanginya. Dia lucu sekali.
Tiba-tiba dia berdiri.
"Ya sudah, sana lap bibir yeoja itu dengan mulutmu.
Huh, aku mau pulang.", dia berdiri dan berjalan dengan tongkatnya.
"Kau yakin aku boleh membersihkannya dengan
mulutku?", aku berkata lirih.
"Terserah !", dia berkata ketus yang berhasil
membuatku tertawa. Kuraih tengkuknya dan kucium bibirnya. Kubersihkan sisa-sisa
es krim di mulutnya. Dia memberontak kaget. Segera kulepas ciumanku.
"Yaa, apa yang kau lakukan? Bukankah kau ingin mencium
yeoja itu hah !", omo dia galak sekali.
"Hahahaha, aish, sampai kapan kau sadar bahwa yang
kumaksud adalah kamu? Omo, lihatlah bibirmu yang belepotan itu. Membuatku ingin
menciummu saja.", aku tergelak melihat mukanya yang memerah.
"Jadi bolehkah aku
lanjutkan?", kuusap pipinya lembut.
"Shireo !! Sejak kapan Siwon
jadi mesum seperti ini.", katanya sambil mencari-cari tisu di tasnya. Aku
terkikik. Buru-buru kulap bibirnya menggunakan tanganku.
"Hae Woon ah, sampai kapan
kita menyembunyikan semua ini? Tak bolehkah hyungku saja yang tau?", aku
menatapnya dalam.
"Mianhe oppa. Tapi kumohon, jangan
memaksaku. Aku masih belum siap.", dia menundukkan kepalanya. Ku angkat
dagunya.
"Hae Woon-ah kumohon,
buanglah rendah dirimu itu. Akulah yang memilihmu.", ku peluk erat
tubuhnya.
"Mianhae oppa.",
katanya. Kami pun terdiam.
0o0
Author POV
"Ya Presdir, tuan muda bersama yeoja itu lagi... Ne, dia Park Hae Woon... Ne Presdir... Ne.",
0o0
Author POV
"Ya Presdir, tuan muda bersama yeoja itu lagi... Ne, dia Park Hae Woon... Ne Presdir... Ne.",
seorang namja berjas menutup ponselnya. Dia mengajak namja
satunya lagi untuk pergi dari tempat itu.
-------------
-------------
Siwon masuk ke rumahnya. Setelah mengantarkan Hae Woon pulang,
dia di telpon eommanya yang menyuruhnya untuk mampir ke rumah sebelum pulang ke
dorm.
"Annyeong eomma.", Siwon memeluk eommanya.
"Ne, masuklah sayang. Appa sudah menunggu di meja
makan.", Siwon hanya tersenyum mendengar perkataan eommanya. Mereka menuju
meja makan.
"Annyeong appa.", Siwon menyapa appanya yang
tengah makan.
"Hhmm", appanya hanya berdehem.
Siwon mengambil piring dan mulai ikut makan.
"Siwon-ah, appa yakin kau sudah dewasa. Appa hanya
ingin berpesan, jika suatu saat kau ingin mencari pendamping, pertimbangkan
segalanya. Pilihlah yeoja dari kalangan atas. Pilihlah yeoja yang cantik.
Pilihlah yeoja yang sempurna dan tidak CACAT.", kata appa Siwon. Dia
menekankan kata 'cacat' itu dengan keras.
"Apa maksud appa?", seketika Siwon menghentikan
makannya. Dia merasa ada yang tidak beres.
"Yah, appa rasa kau mengerti maksud appa. Pilihlah
yeoja yang sempurna. Apa yang kamu harapkan dari yeoja buta seperti Park Hae
Woon itu? Kaya tidak, Cantik tidak, Buta iya. Setidaknya pilihlah yeoja seperti
Agnes Monica itu. Bukankah kau pernah dekat dengan selebriti Indonesia itu?
Cantik, kaya, dan yang penting dia tidak cacat.", appa Siwon berkata
dengan santai. *wuahahaha,mianhae,author lagi senang ma agnes eoni*
'Tek'
Siwon meletakkan dengan keras sendok dan garpunya dengan
keras.
"Untuk apa appa membahas ini? Ini semua privasiku. Ini
adalah hidupku appa. Aku mencintai Hae Woon. Bagiku dia paling cantik dan
paling sempurna. Appa tak mengenalnya.", Siwon menatap appanya tajam.
"Begitu? Tapi appa tak akan membiarkanmu menurunkan
reputasi appa. Kamu harus paham itu.", kata appa Siwon masih dengan
santainya. Siwon berdiri.
"Terserah appa, yang terpenting aku tak akan berhenti
mencintai Hae Woon. Mianhae appa, ini adalah hidupku.", Siwon melangkah
pergi.
"Appa hanya memperingatkan. Jangan sampai kau menyesal
jika appa melukainya.", appa Siwon masih menekuni makanannya. Siwon hanya
melengos pergi.
0on
Siwon POV
Aish, apa-apaan ini. Bagaimana bisa appa tau? Kenapa appa kolot sekali. Ayolah sadar Siwon, appamu pasti mengirim orang untuk menyelidikimu. Huh. Kulajukan mobilku ke rumah Hae Woon. Kupandangi rumahnya yang telah gelap. Buru-buru aku turun. Kuketuk pintunya. Tak lama kemudian lampu menyala, dan tepat, Hae Woon yang membuka pintu.
0on
Siwon POV
Aish, apa-apaan ini. Bagaimana bisa appa tau? Kenapa appa kolot sekali. Ayolah sadar Siwon, appamu pasti mengirim orang untuk menyelidikimu. Huh. Kulajukan mobilku ke rumah Hae Woon. Kupandangi rumahnya yang telah gelap. Buru-buru aku turun. Kuketuk pintunya. Tak lama kemudian lampu menyala, dan tepat, Hae Woon yang membuka pintu.
"Nuguseyo?", kata Hae Woon. Tak kujawab, dan aku
langsung memeluknya.
"Hae Woon-ah, pogoshipo.", dia terlihat kaget.
"Oppa? Kenapa kesini lagi? Aigoo~ baru saja kita
bertemu.", dia membalas pelukanku. Ku lepas pelukanku.
"Saranghae.", aku berbisik padanya. Aku memdekat
padanya. Kulekatkan bibirku di bibirnya.
Kulumat kecil bibirnya. Perlahan dia membalasnya.
'Bugh bugh'
"Appo", aku sontak berteriak kaget kala kemoceng
mendarat di kepalaku.
"Yaa, hyung, jangan berbuat mesum dirumahku. Sana
pulang. Ini sudah jam berapa? Kau menggangguku tidur saja.", dia menarik
tangan Hae Woon. Aku memandangnya dalam diam.
"Ne, aku akan pulang. Yun Woo-ah, besok aku akan ke
Osaka untuk SuShow. Tolong jaga baik-baik nunamu ya. Apapun yang terjadi
hubungi aku.", entah kenapa hatiku berat sekali.
"Hyung, kau aneh sekali. Tanpa kau minta aku akan
menjaganya.", katanya.
"Gureom, aku pulang dulu. Annyeong.", dengan berat
akumeninggalkan tempat itu.
-----------
-----------
Sudah 3 hari kami di Osaka. Aku sangat rindu pada Hae Woon.
Ini adalah hari terakhir kami. Nanti malam kami akan pulang ke Seoul. Teuki
hyung meminta kami semua untuk ikut dengannya ke rumah seorang ELF anio rumah
seorang Antis, setibanya kami di Korea. Kami hanya mengiyakan, karena kami tau,
Teuki hyung menaruh hati pada yeoja Antis, eh ELF tersebut.
'Drrrt drrrt'
Kuambil posel di sakuku. Sekarang masih pagi. Kami ada
jadwal nanti siang. Kubaca pesan yang masuk.
From : Yun Woo
Hyung !! Appamu ke rumahku. Aish, apa-apaan ini. Cepat suruh bokapmu (?) pulang, Aku benar-benar muak mendengar kata-katanya.
Omo, apa ini? Mataku membulat membaca pesan itu. Sebenarnya apa yang terjadi. Buru-buru kumasukkan bajuku ke koper. Yang terpikir olehku hanya kembali ke Korea secepat mungkin.
-------------
'Bruuk'
Kujatuhkan koperku saat aku sampai di rumah Hae Woon. Beberapa mobil terparkir di depan rumah Hae Woon. Ini mobil appa. Aku berlari masuk rumah Hae Woon. Samar ku dengar isakan seseorang dan juga teriakan. Omo !
From : Yun Woo
Hyung !! Appamu ke rumahku. Aish, apa-apaan ini. Cepat suruh bokapmu (?) pulang, Aku benar-benar muak mendengar kata-katanya.
Omo, apa ini? Mataku membulat membaca pesan itu. Sebenarnya apa yang terjadi. Buru-buru kumasukkan bajuku ke koper. Yang terpikir olehku hanya kembali ke Korea secepat mungkin.
-------------
'Bruuk'
Kujatuhkan koperku saat aku sampai di rumah Hae Woon. Beberapa mobil terparkir di depan rumah Hae Woon. Ini mobil appa. Aku berlari masuk rumah Hae Woon. Samar ku dengar isakan seseorang dan juga teriakan. Omo !
Aku melewati dua bodyguard appa yang membungkuk padaku.
"Keluar kau !! Atau aku akan panggil polisi untuk
mengusirmu.", Yun Woo memeluk Hae Woon yang tengah menangis dan tangannya
menunjuk appa.
"Hae Woon-ah.", aku menghampiri Hae Woon. Tanganku
terulur untuk menghapus airmatanya. Namun Yun Woo dengan cepat menepisnya.
"Ada apa kau kemari hah? Inilah yang kutakutkan.
Bukankah kau sudah kuperingatkan untuk tak menyakiti nunaku hah? Brengsek kau.
Bawa appamu pergi dari rumahku. Nunaku tak butuh orang seperti kau.", aku
tersentak mendengar kata-kata Yun Woo.
"Ahh, Siwon-ah, kau datang. Kebetulan sekali, aku jadi
tak perlu mengulangi kata-kataku. Kalian berdua itu sangat tidak serasi.
Siwon-ah, tenang saja appa tak akan membiarkan yeoja ini mengejarmu
lagi.", yak ! Apa-apaan ini.
"Mwo? Cih, buat apa nunaku mengejar bocah brengsek ini.
Anakmu lah yang nyosor (?) duluan. Ya, Siwon-ssi cepat keluar kau dari
rumahku.", Bingo ! Yun Woo marah padaku. Hah, aku pusing.
"Hahaha, kau benar. Buat apa kami ada dirumahmu yang
pengap ini. Kajja Siwon-ah, kita pulang.", kata appa.
"Shireo !! Aku tak mau. Appa
sama saja melukai hatiku.", kataku sengit.
"Lihatlah, kau berani
melawan appa. Seret dia pulang.", kata appa pada 2 pengikutnya. Omo,
tanganku di cekal dengan erat. Bulir airmataku mulai keluar. Aku langsung jatuh
terduduk.
"Appa, jebal. Biarkan aku
tetap bersama Hae Woon. Aku tak bisa meninggalkan Hae Woon. Jebal appa.",
aku mendekap kaki appaku, berharap dia akan luluh.
"Aish, dasar namja pengecut
kau. Gurae, appa memberimu 2 pilihan. Kau pilih dia, atau kau pilih super
junior dan keluargamu. Kalau kau memilih dia, keluarlah dari Super Junior dan
aku akan mencoret namamu dari daftar keluarga. Pikirkan itu anak baik.",
appa melangkah pergi meninggalkanku yang masih terkejut.
ANDWE !!
Aku tak bisa memilih. Dua-duanya adalah nyawaku. Arrggghhh.
-------------
Aku mengikuti langkah kaki hyungku. Kami memasuki rumah sederhana. Pikiranku sangat kacau. Aku benar-benar bingung.
-------------
Aku mengikuti langkah kaki hyungku. Kami memasuki rumah sederhana. Pikiranku sangat kacau. Aku benar-benar bingung.
"Annyeong Jeo Rim-ah.", kudengar Teuki hyung
memanggil pemilik rumah ini. Aku hanya terdiam. Tak lama kemudian terdengar
alunan piano dan suara yeoja tengah menyanyi. Semua member menuju asal suara
itu kecuali aku. Arrgghhh. Kenapa harus lagu itu !! Perlahan kurasakan cairan
bening merembes di pipiku. Aku duduk dan menangis. Kusambar soju yang ada di
meja. Bayangan Hae Woon, appa, Super Junior, Yun Woo, eomma, ELF, Siwonest dan
author yang baik #Plak# berkelebat dalam pikiranku.
'Glek Glek Glek'
Kuminum soju langsung dari botolnya. Ya Tuhan, apa yang
harus kulakukan sekarang. Aku tak mungkin bisa memilih. Suara alunan lagu
'Believe' seakan menusuk hatiku.
'Glek glek glek'
Entah sudah berapa banyak soju yang kuminum. Hyung dan
dongsaengku keluar dari ruangan bersama seorang yeoja. Mereka tertawa-tawa. Aku
tak bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Sayup-sayup kudengar suara yeoja
lainnya. Kudongakkan kepalaku. Aish, kenapa mereka di sini. Mereka hanya
membuatku iri. Kenapa mereka harus bermesraan di depanku. Huh. Ini semua tak
adil.
'Glek glek glek'
Aku sungguh muak melihat mereka tertawa.
'BRAAKK'
Kupukul meja di depanku. Mataku memanas.
"Hyung
!", aku berteriak keras. Sungguh muak melihat senang sedang aku hancur.
"Dunia ini
kejam. Dengar, aku akan menikah dan meninggalkan kalian.", kataku.
Airmataku sudah tak bisa dibendung lagi.
"Mwo????",
semua yang disitu berteriak kaget. Airmataku meluncur bebas. Teuki hyung
merangkulku. Ku dorong tubuhnya. Aku mengambil botol soju kembali bermaksud
untuk meminumnya. Tapi sesorang merebutnya.
"Yaa, pabo. Berikan soju itu. Kalian tak tau
menderitanya aku huh. Yaa, Cinta ah, apa aku harus sekarat dulu agar aku bisa
direstui sepertimu. Apa aku harus mati dulu baru aku boleh bersama orang yang
kucintai? Kenapa aku tak bisa seperti kalian. Kenapa dunia ini kejam ! Hyung kenapa
aku tak bisa sepertimu. Waeyo. Kenapa appa tak bisa membiarkanku hidup dengan
Hae Woon. Aku sungguh mencintainya. Aku tak bisa melepasnya. Katakan hyung,
siapa yang harus kupilih, kalian apa Hae Woon?", kutarik kerah baju Teuki
hyung. Kepalaku terasa sangat berat. Aku merasa dunia semakin berputar.
‘Bruukk’
0o0
TBC
Annyeong saeng, eonni dateng lg, pengen baca ff kamu...
BalasHapusDi ff ini, siwon oppa kasian amet, pilihannya terlalu berat. Dan byk amet yah adegan kiss nya haha...
Penasaran sm part 2 nya.....
Gumawo
Great FF i like it
BalasHapus